EmitenNews.com - Petrosea (PTRO) memasuki fase strategis. Kondisi itu, dinilai akan menjadi titik balik pertumbuhan jangka panjang perseroan. Itu setelah beberapa tahun terakhir menghadapi tekanan kinerja akibat biaya pra-operasi, kontribusi terbatas dari aset, dan proyek akuisisi baru.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia, Juan Harahap, menegaskan perusahaan kini memasuki fase ekspansi yang jauh lebih solid, didukung kontrak multikomoditas bernilai jumbo dan mitra.

“PTRO kini memasuki fase pertumbuhan signifikan yang ditopang portofolio kontrak besar dan terdiversifikasi di sektor batu bara, nikel, serta tembaga/emas dengan sejumlah klien blue-chip seperti Vale Indonesia (INCO), Freeport, BP Berau, dan ekosistem Petrindo Kreasi Jaya (CUAN),” ujar Juan.

Portofolio proyek perseroan terus menggelembung. Pada 2024, PTRO mengamankan kontrak baru sekitar USD1,9 miliar, termasuk proyek EPC BP Berau, HPAL Pomalaa milik Vale, dan Daya Bumindo Karunia. Lalu, disusul kontrak pertambangan dengan Pasir Bara Prima, dan Global Bara Mandiri.

Tren agresif itu berlanjut pada 2025. Kala perusahaan asuhan Prajogo Pangestu tersebut kembali menambah sekitar USD1,5 miliar melalui kontrak baru bersama Niaga Jasa Dunia, Bara Prima Mandiri, Freeport Indonesia, dan kontrak 10 tahun pengupasan lapisan tanah (overburden removal) INCO di Bahodopi, Sulawesi.

Total backlog pun menembus USD4,5 miliar, memberi visibilitas pendapatan hingga beberapa tahun ke depan. Tidak hanya memperkuat basis kontrak, Petrosea juga memperlebar arena bisnis. Ekspansi ke layanan EPC/EPCI dilakukan melalui akuisisi Hafar dan Scan-Bilt, sekaligus meningkatkan eksposur proyek internasional. Langkah itu, dinilai akan menaikkan tingkat profitabilitas secara struktural. 

“Ekspansi ke segmen EPC/EPCI, melalui akuisisi Hafar dan Scan-Bilt, peningkatan eksposur pada proyek internasional diproyeksi meningkatkan profitabilitas secara struktural. Berkat inisiatif itu, margin EBITDA ditaksir naik menjadi 19,2 persen pada 2026 (dari 14 persen 2024), sedang ROE naik menjadi 12,5 persen (dari 3,9 persen) seiring ramp-up proyek utama,” tegas Juan.

Momentum tersebut membuat PTRO dinilai siap mengalami re-rating pasar saham lebih kuat, terutama di tengah prospek kenaikan kapitalisasi, dan peluang masuk ke indeks global. “Dengan proyeksi peningkatan kinerja mulai 2026 dan perbaikan ROE, kami menilai PTRO memiliki potensi kuat untuk re-rating harga lebih lanjut, sejalan potensi saham untuk masuk indeks MSCI big cap,” ulas Juan.

Analis Samuel Sekuritas itu pun menetapkan rekomendasi Speculative buy dengan target harga Rp17 ribu. Skema harga tersebut mencerminkan potensi kenaikan hingga 58 persen. (*)