EmitenNews.com - GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) tengah memproses initial public offering (IPO). Pada hajatan itu, GoTo menjajakan 52 miliar lembar dengan nilai nominal Rp1 per lembar. Dengan banderol saham perdana di kisaran Rp316-346 per saham, GoTo akan menyerok dana segar Rp17,99 triliun.


Rencana IPO GoTo itu, mendapat respons dari mantan direksi Bursa Efek Indonesia Hasan Zein Mahmud. Menurut Zein, nilai nominal sengaja dibikin Rp1 per lembar. Itu berakibat pada jumlah saham beredar akan menjadi sangat besar. ”Nah, dari halaman pertama prospektus IPO GoTo, saya mengalkulasi jumlah saham yang akan dicatatkan mendekati 1,2 triliun saham. Rekor Bursa Efek Jakarta,” celoteh Zein.


Selanjutnya, kalau menggunakan batas bawah rentang harga yang ditawarkan dalam book building, kapitalisasi GoTo akan berkisar Rp379 triliun. Sebaliknya, kalau memakai batas atas, kapitalisasi akan menjadi lebih kurang Rp415 triliun


Berikutnya, pos ekuitas dari IPO akan didominasi Agio. Total nominal saham akan berjumlah Rp52 miliar, Agio bernilai Rp16,4 triliun, dengan asumsi menggunakan harga bawah. Sebaliknya, bernilai Rp17,9 triliun kalau memakai harga atas. ”Agio itu, kelak akan kembali menambah jumlah saham beredar, melalui mekanisme pemberian saham bonus,” tegasnya.


Kemudian, persentase IPO sangat kecil yaitu hanya 4,35 persen dari total saham pasca-IPO. Anehnya, GoTo berencana right issue berantai selama 10 tahun. Itu dilakukan dengan menawarkan 1,5 persen dari saham beredar setiap tahun. Selama sepuluh tahun itu, jumlah saham beredar akan menjadi 1,015 pangkat 10 dikalikan 1,2 triliun. ”Nggak usah dihitung akh,” selorohnya.


Yang menjadi titik perhatian Zein yaitu selisih sangat besar antara nominal dan harga IPO. Kondisi itu, merefleksikan capital gain luar biasa yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham eksisting. ”Kalau saya sebelumnya menyetor Rp1 juta, pasca-IPO saham saya -menggunakan harga bawah aja biar nggak terlalu bikin iri- menjadi Rp316 juta!! Pakai terminologi  Peter Lynch, 315 bagger!” bebernya.


Zein juga menelanjangi sejumlah daftar panjang pemegang saham eksisting, yang bertabur nama raksasa. Sebut beberapa, semisal Alibaba, FB, Google, KKR, Softbank, Tencent, Warburg, Saguola (India), Astra Group, Telkomsel, dan seterusnya. (*)