EmitenNews.com - Gawat ini. Riset World Animal Protection menemukan bahwa industri peternakan ayam dan babi memiliki dampak terhadap perubahan iklim. Itu terjadi akibat peningkatan produksi dan perluasan lahan peternakan. Studi ini menemukan bahwa emisi dari daging ayam di Brasil, China, Belanda, dan Amerika Serikat setara dengan 29 juta mobil di jalan raya selama setahun. Perlu moratorium izin baru industri peternakan.


“Tiap tahun, pertumbuhan industri ternak makin meningkat. Pemerintah diminta melakukan moratorium izin baru dan mendorong industri peternakan besar menerapkan prinsip-prinsip kesejahteraan hewan.” Demikian keterangan pers,  Manajer Kampanye World Animal Protection Indonesia Rully Prayoga, yang dikutip Sabtu (10/9//2022).


Dalam rilisnya Rully Prayoga menjelaskan bahwa kajian menganalisis dampak lingkungan dari industri peternakan ayam dan babi di Amerika Serikat, Belanda, Brasil dan China menemukan kaitan antara industri tersebut dengan perubahan iklim. "Studi ini menemukan bahwa emisi dari daging ayam di Brasil, China , Belanda, dan AS setara dengan 29 juta mobil di jalan raya selama setahun."


Dengan kondisi seperti itu, menurut Rully, jelas menempatkan pencapaian tujuan Perjanjian Iklim Paris dan masa depan Bumi yang aman dari krisis iklim berada di luar jangkauan. Selama ini fokus lebih banyak diberikan kepada peternakan sapi sebagai faktor penyumbang perubahan iklim dari metana yang dihasilkan melalui pencernaan dan kotorannya.


Kajian WAP menemukan bahwa lahan peternakan yang dibuka berada di titik panas keanekaragaman hayati untuk bercocok tanam guna memberi makan hewan ternak yang melepaskan karbon ke atmosfer dan merusak habitat hewan liar.


Sementara itu, studi yang sama menunjukkan, deforestasi untuk menanam tanaman pakan ternak, terutama kedelai, untuk perdagangan global menggandakan dampak perubahan iklim secara keseluruhan.


Pengurangan 50 persen konsumsi daging ayam dan babi pada tahun 2040, bersama dengan adopsi 50 persen produk kesejahteraan hewan yang lebih tinggi akan mengurangi separuh dampak iklim tahunan.


Untuk itulah, WAP menyerukan agar pemerintah di berbagai belahan dunia mempertimbangkan ulang izin baru pembangunan industri peternakan. Alih-alih memberikan izin baru, lebih baik adakan peralihan ke sistem pangan yang lebih manusiawi dan berkelanjutan serta pengurangan konsumsi daging oleh konsumen.


World Animal Protection mengeluarkan laporan hasil riset yang bertajuk Perubahan Iklim dan Kekejaman: Menyibak Dampak Sebenarnya dari Industri Peternakan. Kajian ini menganalisis dampak lingkungan dari industri peternakan (factory farmed) ayam dan babi pada empat negara yang memiliki industri peternakan terbesar di dunia. Keempat hotspot tersebut adalah Eropa (menggunakan data dari Belanda), Amerika Serikat, Brasil, dan China. 


Laporan WAP ini mengungkap dampak iklim tersembunyi dari industri peternakan, yang menunjukkan bahwa manusia perlu mengalihkan pola makan dari daging babi dan ayam serta daging sapi ke pola makan nabati dari sistem pangan. Itu yang mau tak mau harus dilakukan, jika kita ingin memerangi perubahan iklim.


Hal ini selaras dengan Laporan Penilaian Keenam, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC) yang dikeluarkan awal 2022. Laporan tersebut mengakui peralihan ke pola makan nabati merupakan bagian dari mitigasi perubahan  iklim.


Pergeseran ke pola makan dengan porsi protein nabati lebih tinggi, lalu  asupan makanan sumber hewani yang moderat dan pengurangan asupan lemak jenuh dapat menyebabkan penurunan substansial dalam emisi gas rumah kaca. ***