EmitenNews.com -Indeks utama saham Amerika Serikat (AS) alias Wall Street anjlok pada penutupan perdagangan Rabu (17/1). Investor khawatir rencana bank sentral, The Fed untuk menurunkan suku bunganya diundur pada Mei 2023.

Dow Jones (.DJI) Industri turun 0,25 persen menjadi 37.266,67, S&P 500 (.SPX), kehilangan  0,56 persen menjadi 4,739.21 dan Nasdaq Composit (IXIC) turun 0,59 persen menjadi 14.855,62.

Saham Amazon, Nvidia dan Alphabet merosot antara 0,5% dan 1% dan membebani S&P 500 karena imbal hasil Treasury 10-tahun naik menjadi lebih dari 4,1%, yang merupakan level tertinggi tahun ini.

Saham Tesla turun 2% setelah pembuat kendaraan listrik itu memangkas harga mobil Model Y di Jerman seminggu setelah menurunkan harga untuk beberapa model di China.

Indeks sektor real estate S&P 500 yang sensitif terhadap suku bunga anjlok 1,9%. Volume perdagangan saham di bursa AS mecapai 11,8 miliar saham dengan rata-rata 11,9 miliar saham dalam 20 hari perdagangan terakhir.

Data menunjukkan diskon dari pengecer dan peningkatan pembelian kendaraan bermotor mendukung kenaikan penjualan ritel AS yang lebih tinggi dari perkiraan, sehingga menjaga perekonomian tetap kokoh pada tahun 2024.

Lebih lanjut, laporan penjualan ritel bulan Desember Departemen Perdagangan, mencerminkan kondisi konsumen yang sehat dan bertanggung jawab atas sekitar 70 persen perekonomian AS.

Tak hanya itu, data itu juga menunjukkan sikap konsumen yang mampu menghadapi dua badai inflasi yang panas dan kebijakan moneter yang restriktif.

“Kami mendapat kabar bahwa konsumen AS masih cukup sehat, namun hal ini meningkatkan kekhawatiran bahwa penurunan suku bunga pertama The Fed berpotensi diundur ke bulan Mei mulai bulan Maret,” kata Kepala Strategi Saham Carson Group, Ryan Detrick.

"Imbal hasil juga bergerak lebih tinggi karena angka penjualan ritel yang kuat, menambah kekhawatiran jangka pendek," tambahnya.

Adapun, pasar keuangan memperkirakan kemungkinan sebesar 53,8 persen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga kebijakan utamanya sebesar 25 basis poin di bulan Maret. Proyeksi itu turun dari 63,1 persen pada hari Selasa, menurut alat FedWatch dari CME.

Detrick bilang, kegelisahan pasar global bertambah ketika perekonomian terbesar kedua di dunia kembali mengecewakan dalam hal pertumbuhan PDB.

“Kelemahan di Tiongkok berpotensi berdampak lebih besar ke Eropa dibandingkan Amerika Serikat," tandasnya.