EmitenNews.com—Saham emiten BUMN perbankan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) atau Bank BTN ditutup menguat 0,67% ke level 1.495 pada perdagangan pekan lalu. Performa tersebut sedikit lebih baik dibanding Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan yang melemah sebesar -0,20% serta indeks sektor keuangan (IDX Finance) yang turun sebesar -0,06%. 


Saham BBTN terbilang masih cukup kuat di tengah tekanan pada saham-saham di sektor perbankan. Pada pekan lalu, pergerakan saham BBTN lebih baik dibandingkan dengan peers-nya, seperti BBCA yang turun -4,09%, BBRI turun -1,11%, BMRI 0,00%, dan BBNI turun -2,23% pada periode yang sama.


Lonjakan harga saham BBTN terjadi pada penutupan perdagangan Jumat (7/10) dengan kenaikan sebesar 3,1%. Jumlah saham yang ditransaksikan sebanyak 15,5 juta lembar senilai Rp22,9 miliar.  Yang menarik, asing membukukan beli bersih senilai Rp5,35 miliar. Meski masih terbilang kecil, foreign net buy di akhir pekan ini terjadi setelah asing melakukan banyak penjualan pada pekan sebelumnya.    


Penguatan harga saham BBTN sepekan lalu tak lepas dari sejumlah katalis positif, termasuk optimisme pelaku pasar terhadap rencana penerbitan saham baru melalui skema rights issue.  Analis fundamental Kanaka Hita Solvera (KHS) Raditya Pradana menilai harga wajar saham BBTN berada di level Rp2.200. Artinya, harga saham BBTN saat ini undervalued, alias jauh di bawah nilai fundamentalnya. 


Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai potensi valuasi jangka panjang BBTN berada di level Rp2.150. Sedangkan Tirta Widi Gilang Citradi, Analis MNC Sekuritas menyematkan target price di level Rp2.200. Menurutnya, rasio PBV BBTN yang masih berada di bawah 1x membuat saham perseroan sangat menarik untuk dikoleksi. Karena harga saham jauh di bawah fundamentalnya, maka ruang kenaikan masih sangat lebar. 


Mengacu ke data Bloomberg, sebanyak 24 analis memberikan rating pada saham BBTN, sebanyak 19 diantaranya memberikan rekomendasi buy dan 5 sisanya memberikan rekomendasi hold. Tak ada satupun analis yang menyarankan “Sell”. Rata-rata analis memasang target harga BBTN pada level 2.168 dengan estimasi tertinggi di level 2.700 dan estimasi terendah di 1.320.


Pelaku pasar juga mengapresiasi strategi manajemen BBTN dalam memperbaiki struktur pendanaan dengan memperbanyak porsi CASA. Sementara untuk penyaluran kredit, manajemen telah menempuh cara yang tepat dengan memprioritaskan pertumbuhan yang berkualitas. Hal ini berdampak pada penurunan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) gross dari 4,1% pada semester I-2021 menjadi 3,54% pada semester II-2022. Ini merupakan NPL terendah sejak 2019, atau masa sebelum pandemi Covid-19. 


Katalis positif lainnya adalah rencana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang membuka kemungkinan untuk memperpanjang relaksasi restrukturisasi kredit terdampak Covid-19. Pertimbangannya, debitur terdampak Covid-19 masih belum pulih seluruhnya. Adapun, sesuai jadwalnya, restrukturisasi kredit akan jatuh tempo pada Maret 2023.


Yang tak kalah penting adalah pernyataan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang memastikan bahwa bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi tetap 5%, meski BI telah menaikkan suku bunga acuan (BI7DRR).  


Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Kementerian PUPR Herry Trisaputra Zuna mengatakan bahwa kenaikan suku bunga dapat di intervensi oleh pemerintah sehingga tidak akan mempengaruhi rumah subsidi. Pernyataan ini menjadi kabar baik karena bisa menjaga daya beli konsumen dan mendorong segmen masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) untuk tidak menunda memiliki hunian layak.