EmitenNews.com - PT Prodia Widyahusada (PRDA) tahun depan menyiapkan belanja modal sekitar Rp200 miliar. Belanja modal itu, berdasar skenario untuk membangun digital lab. Itu seiring fokus perseroan menggenjot layanan digital dibanding membuka cabang baru.


Belanja modal tahun depan itu, tidak berbeda dengan alokasi tahun ini sejumlah Rp200 miliar. ”Ya, tidak mengalami perubahan soal belanja modal. Dua tahun ini tidak membuka outlet fisik terlalu besar paling 1-2 pembangunan baru,” tutur Dewi Muliaty, President Director Prodia, Selasa (16/11).


Fokus perseroan omni channel digital service. Itu sebagai bantalan membangun ekosistem digital. Realisasi belanja modal baru terserap 40 persen atau setara Rp80 miliar dengan fokus pembangunan teknologi informasi (TI). Serapan lebih rendah karena pengeluaran untuk belanja modal bergeser ke belanja operasional.


Lazimnya, emiten medis itu membuka cabang baru dan menyerap belanja modal cukup besar. Namun, kali ini fokus bergeser dengan membangun digitalisasi pelayanan laboratorium dikombinasikan dengan layanan datang ke rumah atau home service. Perubahan fokus itu, efek pandemi Covid-19 ketika pelayanan dapat dilakukan tidak secara fisik. ”Pengembangan mobile apps, membuat pelanggan tinggal pesan, lalu membayar, dan ada Prodia home service. Menolong pasien menjadi lebih mudah, hasil tes dapat dikirim secara online,” ulasnya.


Itu didukung regulasi laboratorium kesehatan dapat melayani home service, sebagai perubahan dari aturan Kementerian Kesehatan. Perseroan mematok lebih dari 100 home service seluruh Indonesia. Maklum, saat ini masih butuh membuat janji, antrean panjang, minat sangat banyak sekali. Dengan digitalisasi, tidak perlu buka cabang banyak. ”Pembukaan cabang baru hanya di Jakarta dan sekitarnya,” ucapnya.


Digitalisasi tidak hanya dari sisi pelanggan, melainkan proses laboratorium, dan operasi. Dengan begitu, perseroan mendapat kinerja lebih efisien dibanding sebelumnya. Per kuartal III-2021, Prodia sudah memiliki 257 outlet pada 34 provinsi dengan melayani 2,6 juta kunjungan pasien atau naik 37,6 persen dibanding periode sama tahun lalu. Volume pengujian laboratorium dilakukan sudah lebih dari 13,7 juta pengujian atau naik 48 persen dibanding periode sama tahun lalu. (*)