Tertekan Oleh Tiga Faktor, Rupiah Ditutup Melemah Pada Awal Juli 2022
EmitenNews.com—Kurs rupiah ditutup melemah terhadap dolar AS pada awal bulan Juli 2022. Pelemahan mata uang Garuda disebabkan dorongan oleh tiga faktor baik dari dalam maupun luar negeri.
Mengutip data Bloomberg, Jumat (1/7) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp14.942 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan pelemahan 39 poin atau 0,26% apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Kamis sore kemarin (30/6) di level Rp14.903 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, faktor pertama adalah indeks dolar AS memang kembali menguat terhadap sejumlah mata uang utama pada hari Jumat. "Ini karena investor mempertimbangkan dorongan dari kebijakan pengetatan Federal Reserve serta risiko resesi AS," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Jumat sore (1/7).
The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 150 basis poin sejak bulan Maret 2022. Terakhir pada bulan lalu the Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin. Ini merupakan kenaikan terbesar yang dilakukan bank sentral AS sejak tahun 1994.
"Pelaku pasar memperkirakan jumlah kenaikan yang sama besarnya akan terjadi pada bulan Juli 2022," ujar Ibrahim.
Faktor kedua pelemahan rupiah hari ini adalab Bank Sentral Eropa diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan pada bulan Juli 2022. Kenaikan ini untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir untuk mencoba menurunkan percepatan kenaikan inflasi di Eropa.
"Pelaku pasar sekarang akan melihat ke angka inflasi zona Eropa yang akan dirilis pada hari Jumat atau nanti malam untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang seberapa agresif ECB dalam menaikkan suku bunga," tutur Ibrahim.
Faktor ketiga dari dalam negeri, inflasi periode Juni 2022 secara tahunan di luar dugaan lebih tinggi dibandingkan ekspektasi para analis. Inflasi sudah berada di atas 4%. Ini juga menjadi sentimen negatif yang membuat kurs rupiah melemah sore ini.
Pada Jumat (1/7/2022), BPS melaporkan inflasi pada Juni 2022 tercatat 0,61% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Inflasi tahun kalender adalah 3,19%. Sedangkan perkirakan para analis inflasi sebesar 0,57 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi Juni 2022 berada di 4,35%. Lebih tinggi dibandingkan Mei 2022 yang 3,55% sekaligus jadi yang tertinggi sejak Juni 2017. Sementara ekspektasi para analis inflasi tahunan mencapai 4,2% (year-on-year/yoy).
"Sedangkan, pemerintah memperkirakan tingkat inflasi hingga akhir 2022 akan mencapai 4,5%, dipengaruhi oleh lonjakan harga komoditas global akibat disrupsi rantai pasok global dan perang antara Rusia dan Ukraina. Proyeksi ini lebih tinggi dari proyeksi pemerintah sebelumnya, pada kisaran 2% - 4%," tutup Ibrahim.
Related News
BI Optimalkan Operasi Moneter Pro-Market untuk Stabilkan Rupiah
Penyaluran Kredit Baru Tumbuh Positif di Triwulan I 2024
Meski Terimbas Geopolitik Global, Kinerja APBN Masih On Track
Pemerintah Sudah Belanjakan Anggaran Rp427,6 Triliun di Kuartal I 2024
Realisasi Pembiayaan Hingga Maret 2024 Turun Drastis
Masa Penawaran Sukuk Tabungan ST012 Dibuka, Cek Kupon Yang Ditawarkan