EmitenNews.com - Merdeka Battery (MBMA) menyerap dana initial public offering (IPO) Rp7,99 triliun. Dana tersebut digunakan untuk sejumlah keperluan emiten besutan Boy Thohir tersebut. Misalnya, pelunasan pokok utang, pinjaman kepada anak usaha, modal kerja, dan lain-lain.

Lebih rinci realisasi penggunaan dana hasil IPO sebagai berikut. Sekitar 53 persen atau Rp4,46 triliun untuk pembayaran lebih awal seluruh pokok utang yang timbul berdasar perjanjian fasilitas berjangka USD300 juta, akan dibayar kepada Merdeka Gold (MDKA), dan ING Bank N.V., cabang Singapura (ING Bank), masing-masing USD225 juta, dan USD75 juta, melalui ING Bank sebagai agen. 

Lalu, sekitar 9 persen atau Rp749,5 miliar dipinjamkan kepada Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI), untuk membiayai sebagian kebutuhan belanja modal yang timbul dari pembangunan proyek AIM I, dijadwalkan memulai produksi pada pertengahan kedua tahun 2023. Sekitar 9 persen atau Rp1,11 triliun untuk pembayaran kembali atas pokok utang telah dicairkan USD75 juta berdasar perjanjian pinjaman USD175 juta berlaku efektif pada 25 Mei 2023, akan dibayarkan kepada Merdeka Gold. 

Selanjutnya, sekitar 7 persen atau Rp624,41 miliar digunakan untuk modal kerja. Meliputi antara lain pembelian bahan baku utama, bahan baku pembantu, biaya listrik, dan biaya karyawan. Berikutnya, sekitar 6 persen alias Rp327,59 miliar dipinjamkan kepada SCM untuk modal kerja. Antara lain biaya karyawan, biaya jasa profesional, pembayaran royalti ke kas negara, biaya pengangkutan, dan bongkar muat, biaya pemeliharaan dan perbaikan, dan biaya penambangan.

Kemudian, sekitar 6 persen atau Rp449,91 miliar untuk mengambil alih hak tagih USD30 juta atau setara Rp447,4 miliar yang timbul dari perjanjian fasilitas dukungan induk pada 23 Agustus 2022 diberikan Merdeka Gold kepada Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI). Setelah pengalihan hak tagih itu, perseroan memiliki hak tagih kepada MTI USD30 juta atau Rp447,4 miliar dengan syarat, dan ketentuan yang sama.

Dan, terakhir sekitar 2 persen atau Rp267,59 miliar akan digunakan oleh perseroan untuk modal kerja. Antara lain untuk biaya karyawan, biaya jasa profesional, dan biaya keuangan. Sementara itu, sisa Dana Hasil IPO tercatat Rp936,04 miliar. Dana itu, ditempatkan Bank UOB Indonesia, dan Bank OCBC NISP.

Rekening giro mengendap di Bank UOB Indonesia sebesar Rp562,9 miliar berbunga atau bagi hasil 4,25 persen. Lalu, rekening giro senilai Rp400 miliar bersarang di Bank OCBC NISP (NISP). Simpanan dana tersebut dipersenjatai dengan tingkat bunga atau bagi hasil 4,5 persen. (*)