EmitenNews.com -  PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk dengan kode saham MTEL resmi mencatatkan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) sebagai Perusahaan Tercatat ke-41 atau menjadi emiten ke- 753 dari total jumlah Emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2021. 

 

Saham MTEL ditetapkan pula oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai Efek Syariah, dengan keputusan tersebut maka saham MTEL masuk dalam Daftar Efek Syariah (DES).

 

Listing perdana, harga saham emiten anak BUMN PT Telkom Indonesia Tbk (TKM) pemegang menara telekomunikasi tersebut menyentuh harga tertingginya pada pembukaan perdagangan pagi ini ke Rp890 per saham dari harga perdana Rp800 per lembar saham.


Namun berdasarkan data RTI, saham MTEL di perdagangan pada hari pertamanya harus puas terus mengalami penurunan hingga 1,88 persen atau 15 poin ke level Rp185 setelah transaksi saham perusahaan dilakukan 37.137 kali, volume 737,26 juta, dan turnover Rp592,42 miliar hingga pukul 10.00 WIB.


Mitratel melepas maksimal 23.493.524.800 (23,49 miliar) saham IPO. Jumlah itu, setara 28 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan. Mengusung harga pelaksanaan Rp800 per lembar, Mitratel bakal menghimpun dana publik Rp18,79 triliun. 


Berdasarkan rencana, dana hasil IPO 90 persen untuk capital expenditure (capex) pengembangan bisnis organik, dan anorganik. Lalu, sisanya 10 persen untuk kebutuhan lain. Lonjakan peminat saham IPO Mitratel dinilai sangat wajar. Maklum, harga yang ditawarkan sangat atraktif.


Bayangkan, harga penawaran sebelumnya pada rentang Rp775-975 per lembar dengan kalkulasi PBV  2021 sebesar 1,4-1,9 kali dibanding Tower Bersama (TBIG) dengan PBV 7,4 kali, dan Sarana Menara (TOWR) 5,7 kali. ”Kalau ditilik dari sisi PBV masih sangat atraktif,” tutur Alfred Nainggolan, Kepala Riset PT Praus Kapital, Jumat (19/11).


Selain itu, saham-saham menara secara umum sangat diminta investor termasuk asing. Per Septemper 2021, kepemilikan asing pada sektor telekomunikasi mencapai 45,67 persen. Pada emiten operator tower macam TBIG asing menguasai 23,3 persen, dan pada TOWR 35,9 persen. ”Menilik data itu, sejak awal kami optimistis asing sanagt berminat dalam IPO Mitratel,” ucapnya. 


Minta tinggi itu, menunjukkan dukungan kuat investor jangka panjang baik lokal, dan global.  Saat ini, Mitratel menguasai lebih dari 28 ribu tower seluruh Indonesia. Pertumbuhan Mitratel juga berada di atas industri. Mitratel punya rencana jelas mengenai pengembangan bisnis baik melalui akuisisi (anorganic) maupun organic.


Mitratel siap menyambut era 5G. Lebih dari 50 persen menara Mitratel bersifat fiber-ready. IPO Mitratel akan mengukuhkan posisi sebagai pemain utama bisnis menara, sekaligus menguatkan posisi Telkom sebagai raja industri telekomunikasi Indonesia.