Adu Sarang Burung Walet NEST vs RLCO, Mana Lebih Ampuh?
ilustrasi investasi. Dok/EmitenNews
EmitenNews.com -Masuknya PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal Desember membuat persaingan di industri sarang burung walet semakin kompetitif. Kehadiran pendatang baru ini pun memunculkan perbandingan dengan PT Esta Indonesia Tbk (NEST), emiten yang sudah lebih dulu mapan dengan fondasi bisnis yang lebih kuat serta ekosistem usaha yang lengkap dari hulu hingga hilir.
NEST memiliki model bisnis yang terintegrasi penuh, mulai dari pembibitan, budidaya, pengolahan, hingga perdagangan sarang walet. Pendekatan vertically integrated ini membuat NEST tidak hanya berperan sebagai pemain hilir, tetapi juga menguasai sektor hulu.
Sebaliknya, RLCO mengusung model bisnis yang hanya berfokus pada pengolahan dan pencucian sarang walet. Perusahaan ini tidak memiliki fasilitas budidaya dan harus membeli 100% bahan baku dari pasar. Hal ini membuat RLCO lebih terekspos pada fluktuasi harga bahan baku.
NEST saat ini mengoperasikan 15 rumah walet serta pabrik pengolahan modern. Perusahaan juga memiliki unit pengolahan tambahan melalui PT Tunas Esta Indonesia (TEI). Kapasitas produksi NEST mencapai 80 ton per tahun (30 ton dari NEST dan 50 ton dari TEI), menjadikannya salah satu pemain dengan produksi terbesar.
Sementara itu, kapasitas produksi RLCO sangat bergantung pada kemampuan perusahaan membeli bahan baku dari pasar, sehingga tidak memiliki kapasitas tetap maupun fasilitas budidaya sendiri.
Di sektor hilir, NEST memiliki keunggulan besar karena menjadi pemasok utama Xiamen Yan Palace Bird’s Nest Industry Co Ltd, produsen sarang walet terbesar di China dengan valuasi Rp5 triliun. Xiamen Yan Palace juga merupakan pemegang 5% saham NEST, sehingga membuka akses ekspor yang lebih luas dan stabil.
RLCO memang memiliki produk hilir sendiri dan dari segi pengolahan mandiri lebih unggul, namun skala bisnis hilirnya masih kecil. Pendapatan downstream RLCO tercatat sekitar Rp50 miliar, jauh di bawah ekosistem hilir NEST.
Kondisi keuangan kedua perusahaan menunjukkan kontras yang cukup signifikan. NEST tidak memiliki utang berbunga dimana perseroan telah melunasi utang Rp22 miliar pada September 2024. Per 30 September 2025, liabilitas turun 61,9% menjadi Rp44,03 miliar. Ekuitas mencapai Rp367,6 miliar dan Debt to Equity Ratio (DER) hanya 0,12 kali, mencerminkan finansial yang sangat sehat.
Sementara itu, sang pendatang baru di pasar modal dengan kode saham RLCO memiliki DER per 31 Mei 2025 mencapai 2,88 kali, sangat tinggi dibanding NEST.
Total utang perseroan mencapai Rp509,25 miliar, mayoritas berupa kewajiban jangka pendek dengan ekuitas hanya Rp176,52 miliar, dengan saldo laba merosot 36,8%. Kas perusahaan hanya Rp4,03 miliar—anjlok 87,47% dari akhir 2024. Penurunan kas terutama akibat arus kas operasi negatif sebesar Rp36,97 miliar.
Meski menghadapi tekanan keuangan, RLCO sebenarnya mencatat pertumbuhan pendapatan yang signifikan. Selama lima bulan pertama 2025, perusahaan membukukan penjualan Rp231,32 miliar, naik 47,56% dibanding periode yang sama tahun 2024. Laba bersih juga melonjak menjadi Rp12,34 miliar, atau naik 609,2% year-on-year.
Mitra ekspor utama RLCO, TJ Seven Incorporation, mencatat transaksi Rp108,6 miliar pada periode Januari–Mei 2025. Pada 2024, total transaksinya mencapai Rp125,86 miliar.
NEST berfokus pada ekspansi besar, termasuk pembangunan rumah walet berteknologi tinggi. Perusahaan juga mengalokasikan dana IPO untuk memperluas fasilitas pabrik dan meningkatkan teknologi.
Sementara itu, RLCO menggunakan dana IPO terutama untuk pembelian bahan baku. Fokus utamanya adalah menstabilkan pasokan dan memperbaiki struktur keuangan sebelum melakukan ekspansi yang lebih agresif.
Dengan ekosistem bisnis yang lengkap dari hulu hingga hilir, kapasitas produksi besar, reputasi ekspor kuat, dukungan investor global, serta struktur keuangan yang sehat, NEST menempati posisi yang lebih kuat dibanding RLCO.
RLCO memang menunjukkan pertumbuhan penjualan yang menjanjikan, namun masih menghadapi tantangan besar dalam hal ketergantungan bahan baku, leverage tinggi, penurunan kas, serta skala usaha hilir yang lebih kecil.
Secara keseluruhan, NEST masih menjadi pemain dengan posisi strategis dan ketahanan bisnis yang lebih solid di industri sarang burung walet.
Related News
Listing Besok, Ini Rincian Data IPO RLCO
NRCA Geber Kontrak Baru, Kini Totalnya Rp6,23 Triliun
Platinum Wahab (TGUK) Tambah 2 Usaha Baru dan 3 Usaha Pendukung
Kontribusi ke Induk 19,9 Persen, Laba Perusahaan Anak BRI Group Rp8,2T
Triple B Resmi Caplok 45,80 Persen Saham Harta Djaya (MEJA)
Direktur SDMU Lego 360 Ribu Saham, Porsi Menurun Hingga ke 0,01 Persen





