EmitenNews.com -Emiten besutan Bakrie Group Darma Henwa (DEWA) mengkaji ulang right issue maksimal 30 miliar lembar. Pengeluaran saham baru seri B tersebut dibalut dengan nilai nominal Rp50. Namun, hajatan tersebut belum juga dipentaskan. Padahal, rencana itu telah berumur sekitar 1 tahun. 


Itu terhitung sejak perseroan mengantongi restu dari investor melalui rapat umum pemegang saham luar biasa pada 19 Agustus 2022. Dana hasil right issue di antaranya untuk membayar utang. Penambahan modal diharap memperbaiki kinerja keuangan terefleksi dari perbaikan rasio liabilitas terhadap total ekuitas alias Debt to Equity Ratio (DER). 


Menyusul right issue tersebut belum dilaksanakan, perseroan belum dapat memperbaiki rasio liabilitas terhadap ekuitas. Data dan fakta tersebut tidak berdampak buruk terhadap perseroan. Baik dari sisi kegiatan operasional, hukum, dan kelangsungan usaha emiten sebagai perusahaan terbuka.


Sebelumnya Ahmad Hilyadi, Director & Corporate Secretary Darma Henwa membantah rumor masuknya Salim Group. “Kami belum melakukan aksi korporasi apapun sehubungan dengan pemenuhan pendanaan perseroan. Jadi, tidak benar kalau ada berita burung menyebut Anthony Salim genggam Darma Henwa via obligasi wajib konversi (OWK),” sanggah Ahmad Hilyadi.


Namun, hal ini rupanya berbeda dengan tanggapan Anindya Novyan Bakrie selaku petinggi Bakrie Group yang menyatakan bahwa Grup Bakrie membuka peluang bagi investor baru untuk turut mengembangkan PT Darma Henwa Tbk (DEWA) termasuk grup Salim yang telah menjadi pemegang saham pengendali pada PT Bumi Resources Tbk (BUMI).


Terkait dengan masuknya Salim Group di Darma Henwa (DEWA), Anindya Bakrie menyebut bahwa belum bisa menjabarkan secara detail.

 

“Tapi kami selalu terbuka saja, intinya kita berpikir untuk jangka panjang bagaimana kita bisa berkolaborasi membuat perusahaan menjadi lebih baik manfaatnya untuk stakeholder dan ujungnya bagaimana Indonesia bisa mencapai targetnya, karena begitu banyak peluangnya,” ujar  Anindya Novyan Bakrie menjawab pertanyaan dari EmitenNews terkait rumor Grup Salim akan menjadi pemegang saham DEWA saat acara Munassus JAPNAS di Jakarta, Rabu (4/10/2023).

 

Anindya Bakrie juga menjelaskan, diversifikasi bisnis Bakrie Group yang memulai dari bisnis dari energi tradisional kini masuk kepada mineral-mineral yang diproses untuk mendapat nilai tambah lebih mulai dengan zink, gold, hingga copper. Kini kita akan terus giatkan karena penggunaannya bukan hanya untuk utilitas semata, tapi juga untuk keperluan yang lebih besar.

 

“Sebagai contoh untuk keperluan bubuk pembuat baterai itu nikel sangat besar tapi copper juga sangat besar jadi kami giatkan supaya naik kelas dari sebelumnya berbisnis di bahan baku menjadi setengah jadi sesuai dengan arahan pemerintah untuk hilirisasi,” tutur Anindya Bakrie yang juga menjabat sebagai Direktur Utama BNBR.

 

Anindya juga turut mengomentari tantangan sektor batubara dan CPO, menurutnya Indonesia kan jika dibagi dua secara besar ada yang berbasis domestik dan juga berbasis ekspor secara umum. Pasti ada sedikit flat atau pertumbuhan lebih hati-hati bukan karena tahun pemilu tidak ada dana lebih tapi konsumsi akan semakin tinggi.

 

Tapi kali ini karena ada isu regional, global maupun Indonesia sendiri tentu orang akan lebih berhati-hati jadi kalau kita lihat dari sisi ritel konsumsinya akan lebih flat.