Oleh karena itu, Rio tidak heran jika generasi muda ini memandang investasi melalui bursa yang sifatnya berisiko dan berimbal hasil tinggi tersebut ideal dan efektif untuk mencapai tujuan finansial yang diharapkan, ketimbang gaji tetap. 

 

"Di sisi lain, bonus demografi yang dimiliki Indonesia saat ini dengan dominasi Gen Z pada sebaran penduduk menunjukkan adanya peluang perdagangan yang lebih optimal pada bursa mengingat Gen Z lebih tertarik pada investasi tidak langsung dibandingkan dengan investasi langsung, seperti tanah atau properti yang sulit mereka jangkau," kata Rio.

 

Pengamat Pasar Modal Desmond Wira menuturkan, jumlah investor saham Indonesia baru mencapai sekitar 1,7 persen dari seluruh jumlah penduduk Indonesia yang jumlahnya 278 juta jiwa. 

 

"Kalau dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN, angka Indonesia ini relatif kecil, Singapura sebesar 16,2 persen, Malaysia 8,7 persen, Thailand 5 persen, dan Vietnam 2,2 persen," kata Desmond. Menurut Desmond, terdapat beberapa alasan yang membuat peningkatan jumlah investor saham di Indonesia yang walaupun naik tetap kurang menggembirakan. 

 

Misalnya kata Desmond, dari minat investor muda yang lebih banyak tertarik pada kripto terutama karena kemudahannya. Jumlah investor kripto pada 2023 mencapai 17 juta orang, padahal tahun sebelumnya baru 13,73 juta orang. Kemudahan membuka rekening kripto dibandingkan rekening saham. Pembukaan rekening saham harus memiliki rekening bank konvensional, sedangkan di kripto bisa dengan e-wallet. Hal ini mengakibatkan penetrasi investor kripto bisa luas, sampai ke pelosok daerah.

 

Pengembangan Berwawasan Lingkungan dan Keberlanjutan

 

Namun, dalam perkembangannya, pergeseran tren ekonomi global menuju keberlanjutan telah mendorong perusahaan-perusahaan di dunia tidak hanya mempertimbangkan keuntungan semata, tetapi juga memerhatikan aspek lingkungan dan keberlanjutan. Hal tersebut juga terjadi di pasar keuangan Indonesia. 

 

Sebagai respons atas tuntutan tersebut, OJK dan Pasar Modal Indonesia memperkenalkan Bursa Karbon pada 26 September 2023. Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, menyatakan bahwa peluncuran Bursa Karbon adalah langkah penting yang mendukung penurunan emisi karbon sesuai dengan target pemerintah.

 

"Kami berupaya menyediakan mekanisme pasar yang mendukung Nationally Determined Contribution (NDC) pemerintah, sekaligus menyeimbangkan proses transisi menuju perekonomian berkelanjutan," ujar Mahendra pada saat itu.