"Restrukturisasi kredit terdampak COVID-19 Bank Mandiri telah mencapai puncaknya di sekitar kuartal II-2021 dan terus menunjukkan tren penurunan secara bertahap sampai dengan April 2022," katanya.

 

Dengan demikian, menurut dia, bila ketimbang dengan posisi tertinggi pada Juni 2021, posisi restrukturisasi COVID-19 di Bank Mandiri telah menurun sebesar Rp32,48 triliun. Lebih lanjut, penurunan ini berasal dari kemampuan membayar debitur yang menunjukkan perbaikan.

 

Rohan menambahkan tren penurunan restrukturisasi COVID-19 juga tercermin dalam total rasio Loan At Risk (LAR) termasuk debitur terdampak COVID-19 yang mencapai level 16,4 persen di April 2022. Posisi tersebut menurun ketimbang periode akhir tahun 2021 yang menyentuh 17,75 persen.

 

"Untuk menjaga kualitas kredit, Bank Mandiri secara intens melakukan monitoring termasuk melakukan stress test secara berkala serta menerapkan early warning sign untuk memastikan posisi pencadangan berada di level optimal," kata Rohan.


Optimalisasi aset yang konsisten ini pun berbuah manis terhadap profitabilitas yang membaik. Terlihat dari posisi Return of Asset (ROA) Bank Mandiri yang terus membaik ke level 3,34 persen pada Maret 2022.

 

Tidak hanya itu, biaya kredit atau cost of credit Bank Mandiri juga ikut membaik menjadi 1,57 persen di kuartal I-2022 atau menurun sebesar 78 basis poin secara tahunan. "Hal ini menandakan Bank Mandiri mampu mengelola seluruh aset untuk mendukung bisnis dalam menghasilkan kinerja yang optimal bagi perusahaan," kata Rohan.