EmitenNews.com - Pada Kuartal I-2022, PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) mencatatkan laba bersih senilai Rp120,39 miliar atau mengalami penurunan tipis sebesar 1,05 persen (year-on-year), padahal perolehan pendapatan di selama tiga bulan pertama tahun ini melonjak hingga 87,85 persen (y-o-y).


Berdasarkan laporan keuangan ISSP yang dipublikasi di Jakarta, Senin (24/5), total pendapatan perseroan di Kuartal I-2022 mencapai Rp2,01 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 87,85 persen dibanding periode yang sama di 2021 sebesar Rp1,07 triliun.


Namun demikian, beban pokok pendapatan ISSP di Kuartal I-2022 tercatat melonjak hingga sebesar 112,5 persen (y-o-y) menjadi Rp1,77 triliun dari Kuartal I-2021 senilai Rp831,92 miliar. Sehingga, laba bruto selama tiga bulan pertama tahun ini menjadi senilai Rp243,97 miliar.


Sementara itu, jumlah laba sebelum pajak penghasilan yang dicatatkan ISSP untuk periode yang berakhir 31 Maret 2022 sebesar Rp154,56 miliar atau masih lebih tinggi dibanding periode yang sama di 2021 senilai Rp150,22 miliar.


Dengan adanya beban pajak penghasilan (neto) di Kuartal I-2022 yang sebesar Rp34,17 miliar, maka laba periode berjalan ISSP menjadi sebesar Rp120,38 miliar. Besaran laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk di Kuartal I-2022 senilai Rp120,39 miliar. Pada Kuartal I-2021, laba bersih ISSP sebesar Rp121,66 miliar.


Per 31 Maret 2022, total liabilitas ISSP tercatat sebesar Rp3,31 triliun atau setara dengan jumlah liabilitas per 31 Desember 2021 yang juga sebesar Rp3,31 triliun. Sedangkan, total ekuitas hingga akhir Desember 2022 tercatat Rp3,91 triliun atau mengalami kenaikan dibanding per akhir Desember 2021 yang sebesar Rp3,79 triliun.


Menariknya Hasan Zein Mahmud Ex Direktur BEI pada (24/05/2022), mengomentari tentang performa TAPG. “Saya baru saja melihat selintas Laporan Keuangan ISSP kuartal 1 tahun 2022 (1Q22). Sama sekali tidak buruk. Laba per saham menurun sedikit, hampir flat dibandingkan dengan laba 1Q21. Turun dari Rp 17,22 ke Rp 17,04”.


Menarik. Karena penjualan baik domestik maupun ekspor menunjukkan peningkatan cukup signifikan. Penjualan domestik naik hampir 90% dari Rp 1 triliun menjadi 1,9 triliun. Sementara ekspor naik lebih dari 63% dari Rp 63 miliar menjadi 102 miliar, Ujar Hasan Zein.


Laba mendatar karena kenaikan tajam dalam biaya pokok penjualan (BPP).  Nilai penjualan naik 88% lebih, pada saat bersamaan, BPP naik 113%.


Kenaikan BPP jelas akibat kenaikan harga bahan baku. Komponen pemakaian bahan baku, dalam BPP, naik dari Rp 693 miliar menjadi 1.392 miliar. Naik 101%!  


Untuk mengantisipasi kekurangan bahan baku, ISSP membuat kontrak pembelian bahan yang cukup besar, terutama dari Hanwa, Baosteel dan Marubeni. Pembelian yang besar itu juga telah membuat pembayaran kepada pelanggan naik tajam dan mengakibatkan cash flows operasi menjadi negatif.


Sementara harga sahamnya sudah turun sangat tajam. Sudah turun 27% YTD. Harga penutupan Selasa (24/5/2022), Rp 292, sudah turun 43% dari harga tertingginya, Rp 510.


Dalam penerawangan, saya masih melihat peluang peningkatan kinerja pada kuartal kuartal mendatang. 


Harga baja merupakan faktor yang given bagi perusahaan. Tapi peningkatan volume produksi dan penjualan akan dapat menghemat biaya biaya lain, terutama biaya tetap.  Selain itu, tentu terbuka peluang untuk menaikkan harga produk sebagai penyesuaian terhadap harga bahan mentah.  Peningkatan porsi ekspor juga punya peluang menghasilkan marjin laba  yang lebih tinggi.