EmitenNews.com - Bursa Efek Indonesia (BEI) merilis emiten terbaru penghuni papan pemantauan khusus. Itu seiring penilaian BEI atas pemenuhan persyaratan perpindahan pencatatan ke papan pemantauan khusus. Penempatan pencatatan pada papan pemantauan khusus itu, ni berlaku sejak Senin, 12 Juni 2023. 


Perpindahan pencatatan emiten tersebut berdasar penilaian dan persyaratan dengan mengacu kepada surat keputusan direksi Bursa Efek Indonesia Nomor Kep-00081/BEI/05-2023 tanggal 5 Juni 2023 perihal Peraturan Nomor I-X tentang Penempatan Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas pada Papan Pemantauan Khusus.


Keputusan itu berlaku sepanjang tidak ada hal tertentu yang mempengaruhi keputusan perpindahan papan sesuai dengan peraturan bursa. Jika terdapat hal/peristiwa tertentu terjadi pada perusahaan tercatat sebelum tanggal efektif pindah papan, BEI berwenang melakukan perubahan atas pengumuman ini.


Ada 25 perusahaan tercatat pindah papan dari papan utama ke papa pemantauan khusus. Penyebabnya, mayoritas harga rata-rata saham selama 6 bulan terakhir di pasar reguler dan/atau pasar reguler periodic call auction kurang dari Rp51 (kriteria 1). Lalu, Memiliki likuiditas rendah dengan kriteria nilai transaksi rata-rata harian saham kurang dari Rp5 juta, dan volume transaksi rata-rata harian saham kurang dari 10 ribu saham selama 6 bulan terakhir di pasar reguler dan/atau pasar reguler periodic call auction (kriteria 7).


Emiten papan utama lengser ke papan pemantauan khusus antara lain Sepatu Bata (BATA), Sentul City (BKSL), Berlian Laju Tanker (BLTA), Citra Tubindo (CTBN), Dian Swastatika (DSSA), Aksara Global (GAMA), HK Metals (HKMU), Inti Bangun (IBST), Intikeramik (IKAI), DMS Propertindo (KOTA), Kresna (KREN), Asuransi Sinarmas (LIFE), Minna Padi (PADI), PP Properti (PPRO), Ristia Bintang (RBMS), Bentoel (RMBA), Soho Global (SOHO), Sona Topas (SONA), Indo Acidatama (SRSN), Agung Semesta (TARA), Express Utama (TAXI), Terregra Asia (TGRA), Totalindo (TOPS), Trias Sentosa (TRST), dan Winner Jaya (WINR). 


Selanjutnya, berikut daftar 145 pindah dari papan pengembangan ke papa pemantauan khusus. Selain kriteria 1, dan 7, pada kelompok ini juga tidak sedikit emiten memiliki ekuitas negatif pada laporan keuangan terakhir (kriteria 5). Berikut daftarnya, Mahaka (ABBA), Asuransi Bina (ABDA), Asia Mina (AGAR), Anugerah Karya (AKKU), Andira (ANDI), Argo Pantes (ARGO), Arkha Persada (ARKA), Armidian (ARMY), Ratu Prabu (ARTI), Asuransi Ramayana (ASRM), Bhakti Agung (BAPI), Mitra Angkasa (BAUT), Estika Tiara (BEEF), Bank Bantek (BEKS), Binakarya (BIKA), Primarindo Asia (BIMA), da? Bhuwanatala (BIPP).


Berikutnya, Garuda Metalindo (BOLT), Borneo Olah Sarana (BOSS), Bank of India (BSWD), Bumi Teknokultura (BTEK), Bakrie Telecom (BTEL), Bukit Uluwatu (BUVA), Capitol Indonesia (CANI), Cahaya Bintang (CBMF), Centratama (CENT), Citra Putra (CLAY), AirAsia (CMPP), Exploitasi Indonesia (CNKO), CNTB saham Seri B (Centex Tbk), Century Textile (CNTX), Cowell (COWL), Capri Nusa (CPRI), Cipta Selera (CSMI), Citatah (CTTH), Diamond Citra (DADA), Dewata Freight (DEAL), Danasupra (DEFI), Centra Omega (DKFT), Dua Putra (DPUM), Jaya Bersama (DUCK), Bakrieland (ELTY), Envy Indonesia (ENVY).


Lalu, Megalestari (EPAC), Eterindo (ETWA), FKS Multi Agro (FISH), Forza Land (FORZ), Garuda Indonesia (GIAA), Globe Kita (GLOB), Garuda Maintenance (GMFI), Gowa Makassar (GMTD), Golden (GOLL), Himalaya (HADE), Panasia (HDTX), Hotel Mandarine (HOME), Harapan Duta (HOPE), Saraswanti Lestari (HOTL), Menteng Realty (HRME), Intan Baru Prana (IBFN), Inti Agri (IIKP), Intraco Penta (INTA), Jumbo Cable (JECC), Graha Andrasentra (JGLE), Jakarta Kyoei (JKSW), Sky Energy (JSKY), Jakarta Setiabudi (JSPT), ICTSI Jasa (KARW), Karya Bersama (KBAG), First Media (KBLV), Kertas Basuki (KBRI). 


Keramika Indonesia (KIAS), Kokoh Inti (KOIN), Steadfast (KPAL), Cottonindo (KPAS), Grand Kartech (KRAH), Trimitra (LAND), Leyand (LAPD), Eureka (LCGP), LCK Global (LCKM), Limas (LMAS), Lionmesh (LMSH), Marga Abadi (MABA), Multi Agro (MAGP), Mas Murni (MAMI), Mas Murni saham preferen (MAMIP), Intermedia (MDIA), Modern Inter (MDRN), Magna (MGNA), Mitra Resources (MIRA), Mitra Nusantara (MKNT), Capitalinc (MTFN), Meta Epsi (MTPS), Mitra Pemuda (MTRA), Hanson (MYRX), saham seri B Hanson (MYRXP), Asia Pacific (MYTX), Andalan Perkasa (NASA), Net Media (NETV), Nipress (NIPS), Nusatama (NTBK).


Sinergi Megah (NUSA), Onix Capital (OCAP), Polaris (PLAS), Pudjiadi & Sons (PNSE), Asia Fibers (POLY), Pool Indonesia (POOL), Bliss Properti (POSA), Putra Rajawali (PURA), Trinitan (PURE), Repower (REAL), Rimo (RIMO), Rockfields (ROCK), Aesler (RONY), Steady Safe (SAFE), Sejahtera Bintang (SBAT), Organon (SCPI), Siwani (SIMA), Northcliff (SKYB), SMR Utama (SMRU), Sritex (SRIL), Sunson Textile (SSTM), Sugih (SUGI), Solusi Tunas (SUPR). 


Super Energy (SURE), Tunas Alfin (TALF), Lancartama (TAMA), Pelayanan Tamarin (TAMU), Tridomain (TDPM), Omni Inovasi (TELE), Tifico (TFCO), KDB Tifa (TIFA), Tira Austenite (TIRA), Tirta Resources (TIRT), Trada Alam (TRAM), Triwira (TRIL), Trikomsel (TRIO), Nusantara Inti (UNIT), Bakrie Sumatera (UNSP), Visi Media (VIVA), Wicaksana Overseas (WICO), Ginting Jaya (WOWS), Waskita Beton (WSBP), Kapuas Prima (ZINC), Triniti (TRUE). 


Terakhir, hanya ada satu perusahaan tercatat pindah dari papan akselerasi ke papan pemantauan khusus yaitu Falmaco Woven Industry (FLMC). Falmaco menjadi pasien papan pemantauan khusus menyusul laporan keuangan auditan terakhir mendapatkan opini tidak menyatakan pendapat (disclaimer) alias kriteria 2. (*)