EmitenNews.com - Tidak banyak perusahaan keluarga yang bisa bertahan sampai generasi kedua, ketiga, dan seterusnya. Salah satu dari yang sedikit itu, Agung Concern Group, yang tahun ini, sudah menapaki jalan panjang sampai 67 tahun. Mahatma Ilham Panjaitan, CEO grup yang kini merambah berbagai bidang usaha itu, membagikan resepnya: menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat.


“Sederhana saja. The right man and the right place, dengan begitu beres,” kata Mahatma Ilham Panjaitan dalam silaturahim peluncuran buku perjalanan hidupnya, di Jakarta, Senin (13/12/2021). Buku berjudul “Panjaitan van Menteng The Godfather” itu ditulis jurnalis Putut Trihusodo dan Dwitri Waluyo dengan gaya reportase menarik.


Atas pertanyaan EmitenNews, Ilham Panjaitan yang 23 Juni 2021 berusia 65 tahun, membagikan kiat yang dipegangnya sebagai nilai-nilai perusahaan itu, dengan mengutamakan kompetensi, kecakapan, dan kejujuran untuk menjalankan perusahaan dari pada sekedar hubungan darah. Anak keempat dari lima bersaudara pasangan Samuel Panjaitan, dan Ostina Emmanuel itu, memegang prinsip utama itu di jajaran perusahaannya. 


“Sekalipun keluarga kalau tidak cakap, harus minggir. Ada tempat, dan tugas lain untuk keluarga, yang tidak mengganggu manajemen usaha,” kata tamatan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu.


Sebagai Chief Executive Officer (CEO) kelompok usaha modern, dengan tatanan organisasi mutakhir, Ilham Panjaitan telah membagi segala tanggung jawab, dan pekerjaan sehari-hari kepada para pimpinan perusahaan. Ada jajaran eksekutif, setingkat direktur, yang resmi disebut Chief Operation Officer (COO). Mereka, sebagian besar di antaranya karyawan asli, yang merintis karier dari jenjang staf. Kalau mereka bisa berada di puncak karier, itu karena memang terbukti cakap, kompeten, inovatif, selain loyal, tentu.


Mengenai perubahan iklim bisnis (base on TI) saat ini, yang antara lain dimotori oleh putra tunggalnya Moshe Darron Panjaitan, menurut Ilham Panjaitan, perubahan itu hal yang tak bisa dihindari. Karenanya, kata pria kelahiran Jakarta, 23 Juni 1956 itu, perubahan perlu disikapi dengan waspada dan proporsional. Tidak memandangnya secara underestimate, tidak pula overestimate.


“Bisnis itu urusannya bukan soal siapa menang dan siapa kalah. Semua pihak harus merasa menang dan puas karena bisa mengambil manfaat secara adil. Termasuk anak-anak (karyawan dan keluarga), yang menggantungkan hidupnya dari operasionalisasi perusahaan.”


Kini dalam jajaran grup usaha yang sudah melibatkan generasi ketiga itu, hanya ada beberapa orang dari klan Panjaitan. Seorang di antaranya pada level komisaris, dua lagi di tingkat top eksekutif –salah satunya Mahatma Ilham Panjaitan. Mereka ini dari generasi kedua.


Lalu, tiga Panjaitan lainnya di jajaran manajemen, yang semuanya generasi ketiga. Tiga cucu Samuel-Ostina Panjaitan itu, di antaranya Moshe Darron Panjaitan, Livia Vilanesia Panjaitan, yang dipercaya memegang tanggung jawab sebagai Corporate Communication


Untuk sampai pada posisi mereka sekarang, siapa pun dia, termasuk dari keluarga inti Panjaitan, harus melewati tour of duty di sejumlah level, dan bagian perusahaan. Ilham Panjaitan menyebutkan, mereka harus mau mengikuti tahapan sebagai profesional.


Bagi keluarga Panjaitan inti yang tidak masuk dalam jajaran perusahaan yang susah payah dibangun pasangan Samuel-Ostina Panjaitan itu, dengan bekal pendidikan cukup –termasuk dari luar negeri– memilih berkiprah, dan berkarier di luar perusahaan.


Delapan windu

Dalam buku itu, Wakil Presiden 2004-209 & 2014-2019, HM. Jusuf Kalla, mengakui, di Indonesia tidak banyak perusahaan keluarga yang bisa bertahan hingga lebih dari delapan windu. Agung Concern Group, yang beroperasi sejak 1954, dan kini dimotori Mahatma Ilham Panjaitan, termasuk dari segelintir itu.


Selain bertahan dari gerusan krisis, Agung Concern juga bertumbuh pesat. Bidang usahanya, merambah sejumlah sektor, transportasi, properti,  termasuk sektor IT yang saat ini tengah berkembang pesat. Total karyawan tetap Agung Concern mencapai lebih dari 1.000 orang. Lalu, sebagai holding sebanyak 5.000 orang pegawai yang tersebar di seluruh pelosok Tanah Air.


Menurut sang penulis Putut Trihusodo, Buku Panjaitan van Menteng The Godfather, juga mencatat sejumlah hal penting yang bisa dijadikan pelajaran bagi perusahaan keluarga, jika ingin eksis dan bertahan puluhan bahkan ratusan tahun. Di antaranya, tentang filosofi keluarga yang menjadi corporate culture, pembentukan tim building, juga kejelian membaca situasi dan mengeksekusinya sebagai bisnis menguntungkan.


“Banyak best practise yang bisa dijadikan pelajaran. Baik itu tentang corporate culture, membangun tim yang solid, manajemen mengatasi krisis dan lain-lain,” tambah penulis Dwitri Waluyo.


Dwitri Waluyo menceritakan bagaimana judul buku setebal 272 halaman –Panjaitan van Menteng The Godfather– itu dipilih. Bersama Putut Trihusodo, mantan wartawan Editor, dan Gatra ini, mengungkapkan, terkesan dengan ungkapan sahabat Ilham, Presiden Direktur Toyota Astra Motor 2016-2019, Yoshihiro Nakata, salah satu dari 40-an narasumber, yang bercerita tentang sosok, dan sikap hidup sahabatnya, Ilham Panjaitan itu.