AgenBRILink telah menjangkau lebih dari tiga per empat atau 77 persen desa di Indonesia. Hingga akhir September 2022, jumlah AgenBRILink telah mencapai 597.177 agen dengan jangkauan hingga 58.095 desa.

 

Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo juga mengungkapkan peranan BRI dalam meningkatkan inklusi keuangan tidak hanya melalui agen laku pandai namun juga melalui Holding Ultra Mikro. “Keberadaan laku pandai telah mampu mendorong tingkat inklusi hingga 83-84 persen dan kami yakin dengan digitalisasi akan meningkat menjadi lebih dari 90 persen.”

 

Kartika menjelaskan terkait akses terhadap keuangan pihaknya menyadari, banyak masyarakat di Indonesia yang tidak hanya berada di segmen mikro tetapi juga di segmen ultra mikro. Potensi ultra mikro di Indonesia ada sekitar 55 juta nasabah ultra mikro, dan ada sekitar 30 juta nasabah yang belum tersentuh oleh lembaga keuangan formal. 

 

Menariknya, mereka punya account atau memiliki model pembiayaan lain, tapi tidak dapat mengakses lembaga keuangan formal. Mereka bisa dikategorikan nasabah ultra mikro dalam kategori unbankable dan unfeasible, ada juga feasible tetapi unbankable karena tidak memiliki collateral, dan nasabah yang sudah naik kelas. 

 

“Kita melihat tahapan mereka untuk naik kelas ini sebagai proses, yang kita dorong mereka untuk naik kelas dari satu jenjang ke jenjang berikutnya, sehingga mereka bisa masuk dan mengakses kredit segmen komersial”, jelasnya.

 

Bagaimana agar dapat menjangkau masyarakat yang unbanked? Pemerintah telah mengintegrasikan 3 entitas yakni BRI, Pegadaian dan PNM ke dalam holding ultra mikro. Sekarang, kata Wamen BUMN ini, pihaknya berinovasi dengan menghadirkan co-location SENYUM. Intinya, nasabah bisa mendapatkan berbagai layanan dan produk pembiayaan dalam satu kantor. 

 

“Ini yang kita dorong ke depannya, sehingga holding ultra mikro dapat melayani masyarakat yang lebih luas ke depan,” kata Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo. ***