Selain itu, secara bisnis, Blibli juga menunjukan pertumbuhan yang sangat positif, dan diatas rata-rata industri. Sepanjang tahun lalu, pendapatan bersih Blibli melambung signifikan hingga 72 persen secara tahunan dari sebelumnya Rp8,86 triliun menjadi Rp15,27 triliun.

 

Pertumbuhan  Total Processing Value (TPV) terlihat di seluruh segmen bisnis. Segmen Ritel 1P tumbuh 32 persen secara tahunan menjadi Rp9,94 triliun. Ritel 3P melesat 135 persen secara tahunan menjadi Rp37,05 triliun.

 

Segmen institusi naik 28 persen secara tahunan menjadi Rp10,43 triliun dan toko fisik melambung 302 persen secara tahunan menjadi Rp3,97 triliun.

 

Pada saat bersamaan, Total Processing Value (TPV) yang dicatatkan BELI juga mengalami pertumbuhan yang besar. Secara tahunan, TPV BELI melesat 89 persen dari Rp32,40 triliun pada 2021 menjadi sekitar Rp61,40 triliun pada 2022.

 

Merujuk laporan keuangan Global Digital Niaga per 31 Desember 2022, total liabilitas perseroan juga lebih rendah Rp4,71 triliun menjadi tinggal Rp3,59 triliun dari sebelumnya Rp8,30 triliun.

 

Menyusutnya beban utang yang paling signifikan terlihat di pos utang bank jangka pendek. Pada 31 Desember 2021, BELI memiliki utang bank jangka pendek sebesar Rp5,06 triliun.

 

Nah, per 31 Desember 2022, nilainya telah berkurang hingga tinggal Rp85 miliar. Sampai dengan akhir 2022, sisa dana IPO yang masih dikantongi Global Digital Niaga mencapai Rp1,16 triliun.

 

Dana tersebut rencananya akan digunakan untuk mendukung modal kerja BELI dan anak usahanya, yaitu PT Global Tiket Network (tiket.com).