IHSG Terkoreksi, Saham Ini Layak Koleksi

Seorang pengunjung mengabadikan pergerakan IHSG melalui smartphone. FOTO - ISTIMEWA
EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyudahi perdagangan Jumat, 22 Agustus 2025 terkoreksi 31,86 poin atau 0,40 persen menjadi 7.858. Itu dipicu data neraca pembayaran alias Balance of Payments (BoP) kuartal II-2025 kembali defisit USD3 miliar atau setara 0,8 persen dari product domestic bruto (PDB).
Defisit tersebut menjadi catatan kali kesembilan beruntun. Sekaligus menandai tekanan berkelanjutan pada stabilitas eksternal Indonesia. Di sisi lain, nilai rupiah juga sedikit merosot menjadi Rp16.340 per dolar Amerika Serikat (USD) berdasar data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate alias JISDOR.
Meski demikian, Founder Stocknow, Hendra Wardana menilai pelemahan indeks masih bersifat konsolidatif. Secara teknikal, indeks terpantau menahan support di area 7.820–7.830, dengan peluang rebound menuju resistance 7.900–7.950 pada awal pekan depan. Sentimen utama sebagai penentu arah pergerakan pasar, pidato Gubernur The Fed, Jerome Powell.
Ya, pernyataan Powell dalam forum Jackson Hole Symposium dapat memberi sinyal lebih jelas soal arah kebijakan suku bunga Amerika Serikat (AS). Selain itu, penguatan harga beberapa komoditas logam seperti tembaga menjadi katalis tambahan bagi emiten berbasis mineral. Dalam kondisi ini, sejumlah saham tetap menarik untuk dicermati.
Misalnya, Bumi Resources Minerals (BRMS) menjadi salah satu pilihan seiring tren kenaikan harga tembaga, dan eksposur sektor tambang emas-mineral. Prospek tersebut membuat emiten tambang emas besutan Bakrie Group tersebut berpotensi melanjutkan penguatan dengan target harga di level Rp550.
Sementara itu, Surya Citra Media (SCMA) mendapat sentimen positif setelah informasi mengenai Anthony Salim menambah porsi kepemilikan saham Elang Mahkota Teknologi alias Emtek (EMTK), induk usaha Surya Citra. Nama besar Anthony Salim mendongkrak konfidensi pasar terhadap prospek jangka panjang Emtek Group, khususnya di lini bisnis media dan digital.
Dukungan struktur kepemilikan lebih solid dipandang mampu membuka peluang ekspansi konten, dan sinergi bisnis lebih luas. Kondisi tersebut menjadikan target harga SCMA di posisi Rp350 tetap relevan. Selain itu, WIR Asia (WIRG) juga patut diperhatikan. Saham berbasis teknologi, dan metaverse tersebut sudah terkoreksi cukup dalam, namun kini mulai memasuki fase akumulasi.
Prospek pengembangan ekosistem digital, dan potensi pemulihan belanja korporasi bidang teknologi memberi ruang bagi Wir Asia untuk rebound, dengan target harga Rp270. So, secara keseluruhan, awal pekan depan (25/8), indeks diperkirakan berpotensi menguat terbatas mencoba kembali ke atas level 7.900.
Strategi tepat bagi investor adalah akumulasi bertahap pada saham-saham pilihan dengan katalis positif, sembari tetap waspada terhadap volatilitas global masih tinggi menjelang keputusan arah kebijakan The Fed. (*)
Related News

Periksa! 10 Saham Top Losers dalam Sepekan

Cek! 10 Saham Top Gainers Pekan Ini

IHSG Koreksi Tipis, Kapitalisasi Pasar Sisa Rp14.131 Triliun

IHSG Ditutup Melemah 0,40%, Sektor Barang Baku Paling Tertekan

IHSG Meroket, Investor Alih Fokus ke Saham Valuasi Murah

Pertamina Berhasil Terbangkan Pesawat dengan Bahan Bakar Jelantah