Ketika defisit transaksi berjalan melebar bukan karena impor, tetapi karena repatriasi dividen dan kupon, maka jelas pertumbuhan yang terjadi belum sepenuhnya berpihak pada kepentingan nasional.

Indonesia tidak boleh puas hanya menjadi dapur bagi modal global. Paradigma pembangunan ekonomi harus bergeser: dari sekadar mengejar angka pertumbuhan menjadi membangun struktur kepemilikan ekonomi nasional yang adil dan berdaulat.

Sudah saatnya partisipasi diubah menjadi kontribusi — melalui insentif berbasis kinerja, reinvestasi domestik, dan peningkatan kepemilikan ekonomi nasional.

Penutup: Menentukan Siapa yang Duduk di Meja

Partisipasi modal asing harus ditransformasikan menjadi kontribusi yang terukur, berjangka waktu, dan langsung memperkuat produktivitas nasional. Sebab pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi bukan hanya soal seberapa besar kue yang dipanggang — melainkan siapa yang duduk di meja dan menikmati potongan terbesarnya.