EmitenNews.com -Dalam berbagai wawancara dengan media, Menteri Keuangan Purbaya kerap menegaskan pandangannya bahwa investor asing menempatkan dana di Indonesia bukan untuk membangun, melainkan untuk menikmati kue pertumbuhan ekonomi nasional.

 “Asing berinvestasi di Indonesia bukan untuk membangun Indonesia, tetapi untuk menikmati kue pertumbuhan ekonomi,” — Purbaya.

 Pernyataan tersebut mencerminkan realitas struktural ekonomi Indonesia: modal asing hadir bukan sebagai nation builder, melainkan sebagai growth taker — penikmat pertumbuhan yang bersumber dari pasar domestik dan kekayaan alam, bukan sebagai pencipta nilai jangka panjang dalam negeri.

 Indikator Makroekonomi 2025

Indikator Pertumbuhan PDB (Q2) data 2025 sebesar 5,12% (BPS) dengan interpretasi pertumbuhan terlihat kuat, namun tidak disertai ekspansi investasi produktif.

Indikator FDI (Q2) Turun 6,95% yoy yang menandakan lemahnya minat jangka panjang dan pembangunan kapasitas.

Indikator Defisit Transaksi Berjalan -0,8% PDB menunjukkan, tekanan utama berasal dari pembayaran dividen dan kupon.

Arus Asing Pasar Modal Net sell Rp 58,7 triliun yang bermakna kapital asing keluar dari instrumen jangka pendek.

Secara makro, ekonomi Indonesia tampak stabil: inflasi terkendali, pertumbuhan solid, dan suku bunga relatif longgar. Namun, di balik keseimbangan ini, terdapat tekanan dari arus keluar pendapatan investasi dan portofolio, menunjukkan ketimpangan dalam distribusi manfaat pertumbuhan.

Partisipasi vs Kontribusi

Dalam bahasa kebijakan, penting untuk membedakan antara partisipasi dan kontribusi terhadap pertumbuhan:

Partisipasi terjadi saat modal asing masuk melalui investasi portofolio demi mengejar imbal hasil jangka pendek — seperti saham, obligasi, atau carry trade. Modal ini mudah masuk saat pasar menarik, dan mudah keluar saat risiko meningkat.

Kontribusi hadir melalui foreign direct investment (FDI) jangka panjang yang membangun pabrik, menciptakan transfer teknologi, menumbuhkan rantai pasok lokal, dan meninggalkan nilai tambah yang nyata di dalam negeri.

Mengapa Ini Penting?

1. Partisipasi ≠ Kontribusi

Investasi portofolio memang memperdalam pasar keuangan, tetapi keuntungannya cepat menguap keluar negeri saat terjadi gejolak global. Hal ini terlihat pada defisit neraca pembayaran (BoP) dan arus keluar asing sepanjang 2025. Partisipasi mempercantik angka pertumbuhan, tetapi tidak memperkuat fondasi ekonomi. Sementara itu, FDI justru mengalami penurunan 6,95% yoy — sinyal melemahnya minat investasi jangka panjang.

2. Siklus Pembayaran Primer