EmitenNews.com -Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan, akumulasi pendapatan premi sektor asuransi selama periode Januari sampai dengan November 2023 mencapai Rp 290,21 triliun. Jumlah ini tumbuh 3,56 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni Rp 280,24 triliun. Namun begitu, premi dari asuransi jiwa unit link masih belum menunjukkan performa yang maksimal untuk mendorong pertumbuhan premi.

Kepala Eksekutif Pengawasan Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono mengatakan, pada dasarnya pertumbuhan akumulasi premi asuransi jiwa telah membaik. Namun begitu, premi asuransi jiwa masih terkontraksi 7,18 persen secara tahunan atau senilai Rp 160,88 triliun per November 2023. 

"Didorong oleh pendapatan premi pada lini usaha produk asuransi yang dikaitkan investasi (PAYDI)," kata dia.

Dilain kesempatan, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mengungkapkan, industri asuransi jiwa memiliki berbagai tantangan pada 2024 ini. Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon menjelaskan, salah satu tantangan yang dihadapi industri asuransi adalah pemenuhan modal minimum atau ekuitas senilai Rp 250 miliar. 

Pasalnya, beberapa perusahaan masih mengalami kesulitan untuk mencapai batas minimum aturan ini. "Penghujung 2023, ada kado, ada beberapa peraturan perasuransian yang dikeluarkan," kata dia dalam Media Workshop, Kamis (25/1/2024).

Industri Asuransi juga menghadapi tantangan aturan implementasi pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) 74 yang berubah menjadi international Financial Reporting Standards (IFRS) 17.

industri asuransi juga menghadapi tantangan lain yaitu spin off atau pemisahan unit usaha syariah paling lambat 2026.

Total perusahaan asuransi umum di Indonesia berjumlah 72 sedangkan perusahaan reasuransi berjumlah 7. Di antara banyaknya para pemain tersebut, PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) menjadi perusahaan asuransi umum yang membukukan kinerja impresif. Manajemen TUGU mengklaim sukses menorehkan kinerja solid di tahun 2023. Bahkan performa TUGU mampu melampaui capaian industri asuransi umum dan reasuransi yang juga tumbuh solid.

Sayangnya fakta dari data perdagangan di Bursa Efek Indonesia menunjukkan, pada perdagangan kemarin, saham TUGU kembali ambles 1,44 persen atau 15 poin ke level 1.025 per saham dari harga pembukaan di 1.40 per lembar saham.

Dalam lima hari Bursa, saham TUGU sudah ambles 4,65 persen atau 50 poin dari 1.075. Untuk periode enam bulan, saham TUGU ambrol 25,72 persen atau 355 poin meninggalkan level 1.380 per saham pada 31 Juli 2023.

Jika mengacu data lebih lama selama lima tahun terakhir saham TUGU terkoreksi 37,88 persen atau 627 poin turun dari level 1.650 pada 1 Februari 2018 dan harga terendah TUGU ada di level 652 pada 18 September 2020. Adapun pada saat IPO, saham TUGU ditawarkan pada harga yang terbilang mahal di 3.850 dan meraih dana dari publik sebesar Rp684,44 miliar.

Total aset TUGU untuk induk saja mencapai Rp15,3 triliun per akhir September 2023 atau naik 18,6% dibandingkan Rp12,9 triliun pada akhir September 2022. Pertumbuhan aset TUGU melampaui pertumbuhan industri sehingga pangsa pasarnya dari sisi aset meningkat dari 6,6% menjadi 7,4%.

Sejalan dengan industri, pertumbuhan aset TUGU banyak ditopang oleh kenaikan nilai investasi tahunan hingga 38,6%. Laporan keuangan TUGU akhir September 2023 mencatat jumlah nilai investasi TUGU (induk) mencapai Rp 7,9 triliun naik dari Rp 5,9 triliun akhir September 2022.

Rasio profitabilitas TUGU pun lebih unggul dibandingkan dengan industri. Nilai return terhadap modal (ROE) maupun pengembalian terhadap aset (ROA) asuransi mencapai 7,9% dan 2,9%. Sementara itu, ROE dan ROA TUGU (induk) mencapai 17% dan 7%.