EmitenNews.com -Produsen aspal dengan pengalaman lebih dari 20 tahun, PT Berkah Mulia Mandiri Tbk (BITU) berencana melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) sebanyak-banyaknya 550 juta saham baru untuk dapat menggalang dana segar maksimal Rp77 miliar.


Menurut Direktur Utama BITU, Lasmono Imam Rahardjo, kebutuhan terhadap aspal tidak akan ada habisnya di tengah berlanjutnya pembangunan infrastruktur nasional dan pengembangan Ibukota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur.


“Kebutuhan aspal tidak berkesudahan dan BITU menjadi salah satu produsen aspal dengan pengalaman lebih dari 20 tahun dan berkelanjutan. BITU turut bangga menjadi bagian dari pembangunan Indonesia yang lebih baik,” kata Lasmono kepada media di Jakarta, Kamis (20/7).


Guna dapat merespons tren pertumbuhan permintaan aspal, BITU telah memutuskan untuk melakukan IPO sebanyak-banyaknya 550 juta saham bernilai nominal Rp50 per lembar atau setara dengan 31,303 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO.


Pada aksi korporasi ini, manajemen BITU menunjuk PT NH Korindo Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi Efek. Harga penawaran awal (book building) dibanderol sekitar Rp131-Rp140 per saham, sehingga BITU bisa menggalang dana melalui pasar modal berkisar Rp72,05 miliar hingga maksimal Rp77 miliar.


Adapun periode book building berlangsung mulai hari ini (20/7) sampai 25 Juli 2023 dan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atas rencana IPO ini diharapkan bisa diperoleh pada 31 Juli 2023. Maka, masa penawaran umum (offering) bisa berlangsung pada 2-4 Agustus 2023.


Bersamaan dengan pelaksanaan IPO, BITU juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 137,5 juta Waran Seri I yang menyertai saham baru perseroan atau sebesar 11,392 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh saat pernyataan pendaftaran IPO. Waran Seri I ini diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi para pemegang saham baru perseroan.


Setiap pemegang empat saham baru berhak memperoleh satu Waran Seri I, sedangkan setiap satu waran memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru BITU. Waran Seri I yang diterbitkan mempunyai jangka waktu 


pelaksanaan selama satu tahun.

Manajemen BITU maupun penjamin pelaksana emisi Efek berharap pendistribusian saham dan Waran Seri I bisa dilakukan pada 7 Agustus 2023, sehingga pencatatan saham maupun waran di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat terlaksana pada 8 Agustus 2023.


Rencananya, sebesar 87,35 persen dari dana hasil IPO ---setelah dikurangi biaya-biaya emisi--- akan digunakan sebagai modal kerja BITU yang selama lebih dari 20 tahun menggeluti perdagangan besar bahan konstruksi, khususnya bitumen. Perlu diketahui, aspal tersusun dari sebagian besar bitumen yang keseluruhannya terdapat dalam bentuk padat maupun setengah padat yang bersumber dari alam atau hasil pemurnian minyak bumi.


Sementara itu, sebesar 12,65 persen akan dimanfaatkan untuk pembelian lahan dan bangunan dari pihak terafiliasi. Sedangkan, dana hasil pelaksanaan Waran Seri I akan digunakan untuk modal kerja BITU, seperti biaya operasional, pemasaran dan pembelian prasarana penunjang proyek.


Manajemen BITU menilai bahwa aksi korporasi melalui mekanisme IPO ini sejalan dengan salah satu strategi perseroan yang terkait dengan upaya menjaga kecukupan permodalan, terutama untuk membiayai sejumlah proyek yang memiliki cakupan besar.


Lebih lanjut Lasmono menegaskan, BITU terkonfirmasi memiliki kapabilitas untuk melakukan pengadaan aspal berskala besar dan terbukti mampu memenuhi berbagai jenis spesifikasi produk yang dibutuhkan oleh suatu proyek. Sejauh ini BITU bermitra dengan PT Pertamina (Persero), PT PP (Persero) Tbk (PTPP), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT Brantas Abipraya (ABIPRAYA) hingga PT Hakaaston, serta sejumlah korporasi swasta.


Beberapa proyek yang telah dikerjakan BITU antara lain, Jalan Tol Bali-Mandara, Waru-Juanda Surabaya, Manado-Bitung, Jalan Tol Trans Sumatra ruas Pekanbaru-Dumai, ruas Aceh-Sigli Bandara Sultan Syarif Kasim II, Bandara Sultan Hassanuddin, Bandara Wakatobi, Jalan PLBN Simpang Tanjung Aruk II Entikong, Jalan Akses Pelabuhan Patimban hingga rekonstruksi Jalan Seredalai-Dekai, Papua.


Bahkan, menurut Lasmono, perseroan juga mempunyai beberapa tim yang mampu mengoperasikan terminal bitumen maupun fasilitas pendukungnya secara profesional. Saat ini BITU memiliki empat terminal bulked bitumen yang berlokasi Gresik, Cirebon, Bitung dan Makassar. “Kami juga berperan aktif untuk memberikan solusi terbaik jika ada kendala yang dihadapi,” ucap Lasmono.


Lasmono meyakini, bisnis BITU memiliki prospek cemerlang dengan pertumbuhan yang berkelanjutan, terlebih lagi dengan dimulainya proyek IKN Nusantara maupun sejumlah proyek infrastruktur lainnya yang membutuhkan produk aspal.