EmitenNews.com—PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) membukukan penurunan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sebanyak 17,74% dari Rp 2,65 triliun menjadi Rp 2,18 triliun pada 2022.

 

Berdasarkan laporan keuangan auditan tahun 2022, penurunan pendapatan tersebut berimbas terhadap penurunan laba usaha sebanyak 41,08% menjadi Rp 447,04 miliar, dibandingkan tahun 2021 senilai Rp 758,68 miliar. Kemudian, laba sebelum pajak penghasilan turun menjadi Rp 470,35 miliar turun dari sebelumnya Rp 788,64 miliar.

 

Koreksi tersebut juga memicu penurunan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan perseroan ke pemilik entitas induk sebanyak 40,37% dari Rp 623,23 miliar tahu 2021 menjadi Rp 371,65 miliar pada 2022. Hal itu juga membawa laba per saham dasar perseroan turun dari Rp 664,78 menjadi Rp 396,42.

 

Namun apabila menilik laporan keuangan perseroan sebelum pandemi yakni pada tahun 2019, perseroan hanya meraup laba bersih sebesar Rp 210,26 miliar dan pendapatan bersih Rp 1,74 triliun.

 

Sementara itu, total aset dari PRDA tercatat sebesar Rp 2,67 triliun hingga periode 31 Desember 2022 turun dari total aset Rp 2,70 triliun hingga periode 31 Desember 2021. Total aset itu terdiri dari aset lancar sebesar Rp 1,46 triliun dan aset tidak lancar Rp 1,76 triliun.

 

Saat ini, Prodia bersama induk usahanya PT Prodia Utama, mendirikan anak usaha baru dengan total modal dasar senilai Rp 1 triliun yakni Prodia Digital atau PRDI , yang bergerak di bidang aktivitas jasa informasi. Prodia memang tengah fokus mengembangkan layanan berbasis digital Prodia beberapa tahun terakhir yang dirancang dengan memperhatikan customer journey dan patient-centric model .

 

Adapun untuk alokasi belanja modal (capital expenditure/capex) 2023, Prodia kembali menyiapkan anggaran sama dengan 2022 yakni Rp 200 -250 miliar. Capex akan digunakan untuk melanjutkan otomatisasi dan modernisasi fasilitas-fasilitas laboratorium sehingga lebih efisien.