EmitenNews.com - Saham Nusantara Sawit Sejahtera (NSSS) ditetapkan sebagai efek tidak dijamin (ETD) periode 1-30 November 2023. Perdagangan efek tidak dijamin hanya dapat dilakukan di pasar negosiasi. Itu sesuai peraturan BEI No. II-K tentang efek tidak dijamin, dan transaksi dipisahkan atas efek bersifat ekuitas. Lalu, peraturan KPEI No. II-15 tentang kliring, dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa atas efek tidak dijamin, dan transaksi dipisahkan atas efek bersifat ekuitas. 


Menyusul pengumuman No. BEI: Peng-ETD-00012/BEI.WAS/10-2023 dan No. KPEI: PENG- 043/DIR/KPEI/1023, manajemen Nusantara Sawit secara aktif berkomunikasi dan berkonsultasi dengan BEI, dan KPEI. Segala bentuk transaksi saham perseroan di pasar antara pemegang saham di luar kendali manajemen Nusantara Sawit. 


”Nusantara Sawit sebagai perusahaan publik telah, dan senantiasa memenuhi kewajiban serta mematuhi peraturan yang telah ditetapkan regulator dengan mempublikasikan data pemegang saham secara berkala melalui keterbukaan informasi di situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI),” tutur Teguh Patriawan, Direktur Utama Nusantara Sawit. 


Penetapan saham Nusantara Sawit sebagai ETD juga tidak terkait dengan aktivitas operasional maupun fundamental perseroan. Sejak penetapan ETD diberlakukan, perseroan tetap menjalankan aktivitas operasional dengan normal. Fundamental perseroan tetap solid didukung dengan kinerja keuangan tumbuh, dan arah ekspansi memberikan nilai tambah. 


Teguh melanjutkan, perseroan berkomitmen untuk terus tumbuh, memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat, lingkungan, perekonomian, dan memberikan nilai tambah bagi pemegang saham. ”Sebagai perusahaan publik, perseroan tunduk pada seluruh perundang-undangan berlaku di Indonesia, mengedepankan transparansi, dan menjunjung tinggi tata kelola yang baik alias Good Corporate Governance (GCG),” imbuh Teguh. 


Pada kuartal III-2023, pendapatan perseroan tumbuh 25 persen secara kuartal, dan naik 34 persen secara tahunan ke posisi Rp360 miliar. Itu menjadi pendapatan tertinggi dalam 7 kuartal terakhir berkat dukungan kuat volume penjualan. Volume produksi kuartal III-2023 lebih tinggi untuk TBS 15 persen, dan CPO 6,2 persen. Perseroan memperkirakan momentum produksi positif ini akan terus berlanjut hingga kuartal IV-2023 karena kondisi musiman, dan umur tanaman masih muda. 


Tingkat ekstraksi juga tetap konstan untuk CPO pada rasio 22 persen, dan untuk PK pada rasio 4,6 persen. Hasil TBS inti mencapai 5,2 ton per ha, meningkat dari kuartal II-2023 dengan 4,6 ton per ha. Pabrik CPO baru juga akan mulai beroperasi pada kuartal IV-2023 untuk menopang peningkatan produksi di masa depan. 


Tidak jauh dari lokasi pabrik CPO, perseroan juga sedang membangun terminal khusus baru yang akan mulai beroperasi pada semester pertama 2024. Laba bersih pada kuartal III-2023 mencapai Rp23 miliar, surplus 462 persen dari kuartal II-2023, berubah signifikan dari rugi bersih kuartal III-2022. Perbaikan laba bersih itu, didukung pembukuan keuntungan pada nilai aset biologis Rp16 miliar. (*)