EmitenNews.com  - Tim Riset PT Kanaka Hita Solvera (B-Trade Elliottician) menilai bahwa pada Kuartal I-2022, saham-saham di sektor konstruksi sudah mulai memasuki fase akumulasi beli, lantaran terkatrol oleh sejumlah sentimen terkait kelanjutan proyek infrastruktur.


Menurut Equity Analyst B-Trade Elliottician, William Wibowo dalam analisanya yang dikutip Selasa (1/2), pada awal tahun ini sektor konstruksi memiliki peluang mengalami recovery, karena terdapat sejumlah katalis positif yang akan memacu kinerja operasional emiten-emiten konstruksi.


Dia menyebutkan, salah satu sentimen yang akan mendorong kinerja saham konstruksi adalah, kebijakan pemerintah yang memberikan relaksasi berupa Perizinan Berusaha Berbasis Risiko (UU Cipta Kerja) dari sebelumnya berupa perizinan berusaha yang berbasis izin usaha.


Selain itu, lanjut William, sentimen positif bagi sektor konstruksi ada pada kebijakan Kementerian PUPR mengenai pelaksanaan tender proyek infrastruktur setidaknya sebanyak 800 pekerjaan, dengan total nilai total proyek mencapai Rp20 triliun.


"Dilaksanakannya tender proyek infrastruktur sebesar Rp20 triliun, tentunya membawa angin segar untuk comeback-nya saham-saham konstruksi di Kuartal I-2022," ujar William.


Secara teknikal, jelas William, Tim Riset B-Trade Elliottician memandang bahwa pergerakan saham sektor konstruksi sudah mulai menunjukkan potensi pembalikkan tren ke arah yang lebih positif. "Sudah mulai terlihat lemahnya tekanan jual dan adanya sinyal bullish divergence pada beberapa indikator. Dengan demikian, sektor konstruksi kami perkirakan mulai memasuki fase akumulasi," tuturnya.


Dia menambahkan, adanya proyek Ibu Kota Negara (IKN) dan kelanjutan proyek-proyek transportasi pemerintah seperti penuntasan jalur kereta api Trans Sulawesi, juga akan membawa optimisme investor terhadap sektor konstruksi. "Hal-hal ini bisa meningkatkan demand kontrak proyek yang akan dikerjakan oleh emiten konstruksi," katanya.


Dia mengungkapkan, kabar mengenai rencana lembaga perbankan untuk meningkat suku bunga di awal Semester II-2022, sebagai respons atas rencana The Fed yang akan menaikkan Fed Funds Rate akan mempengaruhi pemulihan sektor konstruksi.


"Mengingat, sebagian besar emiten konstruksi mendapatkan pembiayaan dari obligasi. Kenaikan suku bunga dapat menurunkan harga obligasi. Hal ini juga perlu diantisipasi, karena kinerja emiten juga bisa terpengaruh oleh turunnya obligasi yang diterbitkannya," papar William.


Terkait peningkatan jumlah kasus Covid-19, menurut dia, pada dasarnya sektor konstruksi merupakan salah satu sektor yang sensitif terhadap perkembangan kondisi pandemi. "Bila Covid-19 merebak kembali dan tidak diatasi secara baik, maka progres pembangunan proyek yang ada bisa tertunda dan dapat menekan kinerja emiten-emiten tersebut," ucapnya.