EmitenNews.com — PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) semakin menderita dengan menelan pil pahit kerugian periode berjalan sepanjang tiga bulan pertama tahun 2022 yang membengkak hingga 237,87 persen menjadi Rp6,61 triliun dibandingkan pada periode sama tahun 2021 yang hanya sebesar Rp1,98 triliun.


Merujuk data laporan keuangan GOTO yang dipublikasi pada laman BEI, Senin (30/5/2022) disebutkan, bahwa perseroan membukukan pendapatan di kuartal I-2022 senilai Rp1,49 triliun naik 65,48 persen dari sebelumnya Rp904,83 miliar.


Namun, nahasnya GOTO menelan beban pokok penjualan yang juga membengkak hingga 75,40 persen menjadi Rp1,21 triliun dari sebelumnya Rp693,14 miliar.


Penderitaan GOTO diperparah dengan beban penjualan dan pemasaran yang menjadi bandul pemberat kerugian, beban itu naik 665,30 persen menjadi Rp3,30 triliun dari sebelumnya hanya Rp431,49 miliar.


Lalu ada beban umum dan administrasi yang juga bengkak 270,08 persen menjadi Rp2,58 triliun dibandingkan sebelumnya Rp697,33 miliar.


Jajaran beban lain yang juga melonjak signifikan adalah beban pengembangan produk naik jadi Rp995,94 miliar dari Rp536,52 miliar. Beban penyusutan dan amortisasi naik jadi Rp761,46 miliar dari Rp333,43 miliar. Beban operasional dan pendukung naik menjadi Rp434,79 miliar dari Rp348,21 miliar.


Jumlah aset GOTO per 31 Maret 2021 malah turun 2,57 persen menjadi Rp151,13 triliun jika dibandingkan pada akhir tahun 2021 yang tercatat senilai Rp155,13 triliun.


Posisi aset tersebut dikontribusikan oleh liabilitas yang naik tipis menjadi Rp16,61 triliun dari sebelumnya Rp16,11 triliun. Sedangkan posisi ekuitas GOTO tercatat sebesar Rp134,52 triliun atau tergerus dari akhir tahun 2021 yang tercatat Rp139,02 triliun.


Sedangkan untuk posisi kas dan setara kas akhir periode kuartal I-2022 terkumpul Rp26,97 triliun atau naik dari periode sama tahun 2021 yang hanya Rp12,78 triliun.


Sebagai tambahan informasi, sebelumnya Anggota Komisi XI DPR RI Kamrussamad mempertanyakan kerugian saham anak perusahaan PT Telkom (Tbk), Telkomsel, saat proses penawaran saham terbuka atau initial public offering (IPO) dengan PT GoTo (Gojek-Tokopedia). Anggota Fraksi Partai Gerindra DPR RI ini menduga terjadi konflik kepentingan antara entitas perusahaan gabungan tersebut dengan BUMN pelat merah.


"Kerugian ini patut dipertanyakan. (Kerugian ini) kental dengan konflik kepentingan antara BUMN dan GoTo yang berkelindan dengan hubungan persaudaraan," ujarnya dalam keterangan resmi ke awak media, Senin (23/5/2022). Ia menilai kejanggalan IPO PT GoTo tersebut bisa terlihat dari adanya aktivitas pergerakan saham yang di luar kebiasaan atau unusual market activity (UMA).


Dalam beberapa hari terakhir, kata Kamrussamad, telah terjadi UMA pada saham GoTo. Ia berujar, sejak IPO 11 April lalu, saham dibuka di harga Rp 400 per lembar. Namun hanya 18 hari perdagangan, saham GoTo turun lebih dari 50 persen. "Ini sangat mencurigakan. Kuat dugaan sengaja menggunakan uang BUMN Telkomsel beli saham GoTo setelah transaksi tersebut, harga saham GoTo di-downgrade ke titik terendah," kata Kamrussamad.


Kamrussamad melanjutkan, pada waktu yang berdekatan, Telkomsel sebagai anak dari perusahaan BUMN, yang menjadi salah satu pemodal GoTo, mencatatkan kerugian dalam laporan keuangannya. Berdasarkan laporan keuangan Telkom Maret 2022, tercatat kerugian Rp 881 miliar untuk investasi Telkomsel di GoTo. 


Sejak awal, Kamrussamad melihat peran Telkomsel sebagai pemodal GoTo dalam IPO riskan konflik kepentingan. Sebab, salah satu komisaris PT GoTo adalah saudara kandung dari Menteri BUMN Erick Thohir. "Bagaimana bisa BUMN memberikan modal kerja kepada perusahaan milik saudara kandung Menteri BUMN sebesar triliunan rupiah? Apa dasarnya? Apakah tidak terjadi konflik kepentingan?" kata dia. 


Dijelaskan Direktur Utama PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Ririek Adriansyah bahwa kerugian atas investasi sebesar Rp881 miliar tersebut adalah kerugian yang belum direalisasi (unrealized loss). Nilai tersebut dicatatkan dalam laporan keuangan kuartal pertama tahun ini Telkom. Jumlah ini berdasarkan metode penghitungan akuntansi yakni metode marked to market, yang membandingkan nilai saham GoTo pada 31 Maret 2022 dengan periode penutupan laporan keuangan Telkom pada 31 Desember 2021.