EmitenNews.com - Sejalan dengan kenaikan pendapatan usaha, PT PLN (Persero) mencetak laba bersih sebesar Rp15,98 triliun per Januari - September 2022. Itu berarti terjadi kenaikan 28,4 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp12,45 triliun. Satu hal, utang BUMN ketenagalistrikan itu, turun tipis menjadi Rp627,05 triliun dari Desember 2021 yang mencapai Rp631,60 triliun.


Laba bersih tersebut tercatat dalam Laporan Keuangan Konsolidasian PT PLN (Persero) Tanggal 30 September 2022 yang tidak diaudit (unaudited).


Informasi yang dikumpulkan Senin (10/2022) menyebutkan, peningkatan pendapatan ini sejalan dengan kenaikan pendapatan usahanya pada kuartal III 2022 sebanyak 20,47% menjadi Rp325,12 triliun. Mari bandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu yang hanya Rp269,87 triliun.


Selain itu, terlihat pula dari penjualan tenaga listrik yang naik 8,56% sebesar Rp231,04 triliun, dari tahun sebelumnya Rp212,82 triliun. Dilanjutkan dengan pendapatan kompensasi yang tembus Rp46,36 triliun, naik 186,54% dari tahun sebelumnya yang besarnya hanya Rp16,18 triliun.


Bagusnya lagi, pendapatan penyambungan pelanggan juga naik hampir dua kali lipat menjadi Rp606,93 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp336,05 miliar. Kemudian pendapatan lain-lain juga meningkat sebanyak 58% menjadi Rp4,96 triliun, dari Rp3,14 triliun.


Tetapi, di sisi lain, beban usaha PLN juga turut mengalami lonjakan. Dari semula Rp237,36 triliun periode yang sama di 2021, menjadi Rp276,95 atau naik sekitar 16 persen.


Angka ini didominasi oleh pengeluaran untuk bahan bakar dan pelumas yang sebesar Rp108,22 triliun, atau meningkat sekitar 25,6% dari tahun sebelumnya yang hanya Rp86,14 triliun. Pembelian tenaga listrik yang mencapai Rp95,22 triliun, naik sekitar Rp22 triliun, dari tahun sebelumnya yang hanya Rp76,86 triliun.


Satu hal, liabilitas atau utang PLN turun tipis menjadi Rp627,05 triliun dari Desember 2021 yang mencapai Rp631,60 triliun. Angka ini terdiri atas utang jangka pendek Rp145,55 triliun dan utang jangka panjang Rp481,50 triliun. ***