EmitenNews.com—Fitch Ratings Indonesia telah mengafirmasi Peringkat Nasional Jangka Panjang operator minimarket Indonesia PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) atau Alfamart di 'AA(idn)'. Outlook Stabil.

 

Peringkat tersebut mencerminkan ekspektasi kami bahwa profil bisnis dan keuangan Alfamart yang kuat akan tetap sepadan dengan peringkat 'AA(idn)'. Alfamart akan terus tumbuh pada 2023-2024 melalui ekspansi gerai yang didukung pertumbuhan ekonomi dan meredanya tekanan inflasi. Kami juga yakin arus kas yang dihasilkan secara internal Alfamart akan cukup untuk menutup pengembalian belanja modal dan pemegang saham sambil mempertahankan margin arus kas bebas positif (FCF) sekitar 1% untuk beberapa tahun ke depan.

 

Peringkat Nasional 'AA' menunjukkan ekspektasi akan tingkat risiko gagal bayar yang sangat rendah relatif terhadap emiten atau surat utang lainnya di negara atau kesatuan moneter yang sama. Risiko default yang melekat hanya sedikit berbeda dari emiten atau obligasi dengan peringkat tertinggi di negara tersebut.

 

Toko Net lebih lambat; Pembaruan Sewa : Target Alfamart untuk pembukaan toko tahunan tetap sekitar 1.200 toko terkonsolidasi pada tahun 2023 dan 2024 (perkiraan tahun 2022: sekitar 1.500). Akibatnya, pertumbuhan pendapatan akan melambat menjadi 7,5%-9% di tahun-tahun ini (2021: 12%). Selain itu, Alfamart telah mulai membangun dua gudang baru untuk mendukung pertumbuhan operasionalnya di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

 

Namun, perusahaan juga akan memperpanjang sewa sekitar 2.400 hingga 3.300 toko untuk 2023-2025, lebih banyak dari tahun 2021. Hal ini akan menghasilkan belanja modal tahunan yang tinggi sebesar Rp4,5 triliun hingga 5,6 triliun untuk 2023-2025 meskipun ekspektasi kami akan lebih sedikit toko. dibuka (2021: Rp3,1 triliun).

 

Pertumbuhan dari Pulau Non-Jawa: Gerai Alfamart dan pesaing terdekatnya, PT Indomarco Prismatama (Indomaret), akan terus menggantikan format tradisional secara bertahap, terutama di pasar di luar Jawa. Gerai di daerah ini memiliki potensi lebih besar dibandingkan di Jawa yang sudah jenuh. Pangsa pasar dan strategi ekspansi Alfamart sebagian dipengaruhi oleh pemimpin pasar, Indomaret, meskipun Alfamart memiliki fleksibilitas untuk mengurangi belanja modal di lingkungan pasar yang tidak menguntungkan. Indomaret memiliki sekitar 20.500 toko pada akhir September 2022 dibandingkan dengan 20.000 konsolidasi Alfamart.

 

Margin Stabil: Fitch memperkirakan margin EBITDA Alfamart sekitar 7% pada 2023-2024 (9M22: 6,6%), didukung oleh biaya yang lebih rendah di toko-toko di luar Jawa serta pendapatan lain dari proses pembayaran berbasis biaya dan sewa ruang. Yang terakhir meningkat 19% yoy di 9M22 menjadi sekitar Rp639 miliar, yang merupakan kurang dari 1% pendapatan Alfamart. Kami yakin transaksi dari layanan gateway perusahaan dan pendapatan sewa ruangan akan meningkat seiring dengan penambahan net store.

 

Profil Leverage Rendah: Fitch memperkirakan leverage bersih EBITDAR, yang disesuaikan dengan sewa dibayar di muka, berada di bawah 1,0x pada tahun 2023 dan 2024. Hal ini akan didukung oleh saldo kas Alfamart yang cukup dan perolehan kas internal yang kuat. Alfamart secara mandiri bebas utang sejak 2021 setelah melunasi obligasi Rp1 triliun dan pinjaman Rp1 triliun dari JD.com . Sisa utang di neraca konsolidasi berasal dari anak usahanya, PT Midi Utama Indonesia Tbk (Alfamidi).

 

FCF Positif: Kami yakin arus kas yang dihasilkan secara internal Alfamart akan mampu memenuhi kebutuhan belanja modal dan dividen tanpa harus menambah utang. FCF akan tetap positif pada 2022-2025 meskipun ekspektasi kami akan belanja modal yang lebih tinggi dan asumsi kami tentang rasio pembayaran dividen sebesar 40%.