EmitenNews.com - 



Indeks saham di Asia pagi ini Senin (11/10) dibuka turun setelah indeks saham utama di Wall Street akhir pecan lalu di tutup di zona merah. Sementara imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (U.S. Trasury Note) bertenor 10 tahun naik dan menembus 1.6% untuk pertama kali sejak bulan Juni.


"Investor beraksi atas data Non-Farm Payrolls (NFP) bulan September yang keluar lebih rendah dari ekspektasi," ulas analis Phillip Sekuritas, Dustin Dana Pramita, tentang penyebab pelemahan.


Menurut data NFP, ekonomi AS hanya menambah 194,000 pekerja baru, jauh lebih rendah dari estimasi penambahan 500,000 dan dari penambahan pada bulan Agustus yanag seesar 366,000. Tingkat Pengangguran turun menjadi 4.8% dari 5.2% di bulan Agustus dan lebih rendah dari estimasi 5.1%.


Rata-rata upah per jam (Average Hourly Earnings) tumbuh 0.6% M/M (+4.6% Y/Y), tercepat sejak bulan Februari, atau lebih tinggi dari estimasi 0.4% M/M dan pertumbuhan di bulan bulan Agustus yang sebesar 0.4% M/M (+4.0% Y/Y).


Kenaikan upah ditopang oleh penambahan insentif bagi pekerja karena para pelaku usaha bersaing ketat dalam merekrut pekerja untuk mengisi posisi yang masih kosong dan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan.


Pejabat bank sentral AS (Federal Reserve atau the Fed) telah memberi indikasi bahwa dari sisi tingkat inflasi, tujuan mereka telah tercapai, namun dari sisi pasar tenaga kerja masih menghadapi rintangan.


Bulan lalu, ketua the Fed Jerome Powell memberi sinyal bahwa angka NFP bulan September yang tidak terlalu buruk akan di rasa cukup untuk sampai pada kesimpulan bahwa ekonomi telah membaik dan mencapai titik tidak lagi membutuhkan dukungan moneter yang luar biasa.


"Investor menilai bahwa meskipun mengecewakan, penambahan 194,000 pekerja di bulan September ini kemungkinan besar dinilai the the Fed sebagai sebuah pencapaian yang tidak terlalu buruk. Sehingga dapat memulai proses pengurangan (tapering) program pembelian aset mulai bulan depan," kata Dustin.


Di pasar komoditas pada hari Jumat harga kontrak berjangka (futures) minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) mencapai USD80 per barel untuk pertama kali sejak 2014. Ini setelah Kementerian Energi AS mengatakan untuk saat ini belum mempunyai rencana untuk menggunakan Cadangan Minyak Strategis (Strategic Petroleum Reserve) sebagai upaya menurunkan harga minyak.


Sepanjang tahun 2021 (Year-to-Date), harga minyak mentah jenis WTI dan Brent sudah naik lebih dari 60% seiring pulihnya permintaan sementara jumlah pasokan tetap ketat.


Untuk perdagangan hari ini Phillip Sekuritas memprediksi IHSG bergerak bearis modetat di rentang support 6.445 - resistance 6.505. Berikut teknikal saham yang direkomendasikan.


SSMS
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 995
Target Price 1 : 1,045
Target Price 2 : 1,095
Stop Loss : 950


INKP
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 8,525
Target Price 1 : 9,200
Target Price 2 : 10,275
Stop Loss : 8,175


UNTR
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 25,725
Target Price 1 : 27,050
Target Price 2 : 27,700
Stop Loss : 24,650


ITMG
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 24,850
Target Price 1 : 26,100
Target Price 2 : 26,950
Stop Loss : 23,875

ANTM
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bearish
Trade Buy : 2,330
Target Price 1 : 2,430
Target Price 2 : 2,475
Stop Loss : 2,295.(fj)