EmitenNews.com - Saham PT Dayamitra Telekomunikasi (MTEL) alias Mitratel direkomendasi beli dengan target harga Rp1.150 per lembar. Proyeksi itu, melesat 43,75 persen di atas harga intial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI), senilai Rp800 per saham.


Berdasar data BEI, saham Mitratel di pasar reguler, Jumat (3/12), ditutup pada harga Rp785 per lembar, stabil bila dibanding harga penutupan sehari sebelumnya. Namun, masih turun 1,87 persen dibanding harga IPO sejumlah Rp800 per saham.


Mohammad Fakhrus Arifin dan Pandu Anugrah, analis pasar modal PT BCA Sekuritas, mengungkap via riset belum lama ini (2/12), rekomendasi tersebut didukung antara lain kinerja Mitratel selama 2019, dan 2020. Menurut riset BCA Sekuritas, pendapatan Mitratel pada 2020 meningkat 16,13 persen menjadi Rp6,19 triliun dari Rp5,33 triliun pada 2019. Laba operasional Mitratel melonjak 27 persen menjadi Rp1,69 triliun dari periode sama 2019 di kisaran Rp1,33 triliun.


EBITDA Mitratel juga tumbuh 58,55 persen menjadi Rp4,17 triliun pada 2020, dari periode sama 2019 di kisaran Rp2,63 triliun. ”Adapun laba bersih Mitratel naik 11,77 persen dari Rp637 miliar pada 2019 menjadi Rp712 miliar pada 2020,” tulis kedua analis itu.


Duo analis itu juga memperkirakan pendapatan Mitratel pada 2022 sejumlah Rp8,45 triliun, lebih tinggi 19,69 persen dari perkiraan pendapatan 2021 sebesar Rp7,06 triliun. ”Laba bersih Mitratel, kami perkirakan naik 51,90 persen menjadi Rp2,40 triliun pada 2022, dari perkiraan laba Rp1,58 triliun pada 2021," ungkapnya.


Ke depan, Mitratel masih memiliki prospek cerah. Itu mengingat bisnis infrastruktur telekomunikasi sangat besar. Dengan besarnya perkembangan industri telekomunikasi didukung masifnya bisnis digital, pertumbuhan penyewaan menara di luar Jawa akan tinggi. Apalagi, adanya keinginan operator untuk memperluas jangkauan.


Pendeknya, Mitratel akan menawarkan pertumbuhan EBITDA pesat pada 2022. EV/EBITDA Mitratel diperkirakan 16,8 kali pada 2022. (*)