EmitenNews.com - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel menerima ribuan pesanan baru dari dua operator telekomunikasi dari XL Axiata dan Indosat Ooredoo Hutchison. Hal ini akan mendorong profitabilitas Mitratel pada akhir 2023 dan tahun depan.


Insight tersebut terungkap dalam riset Analis Aldiracita Sekuritas Selvi Ocktaviani yang dipublikasi Selasa (1/8/2023).


Selvi menyatakan MTEL memiliki 1.700 pesanan baru dari XL dalam bentuk pesanan bundling yakni jaringan fiber optic to tower dan power to tower. “MTEL telah menyelesaikan kurang lebih 1.000 pesanan dan masih mengerjakan sisanya,” ujar Selvi.


Selai itu, tuturnya, Mitratel juga menerima komitmen untuk 1.500 pesanan dari Indosat Ooredoo Hutchison yang harus diselesaikan pada Semester II-2023. “MTEL akan mulai membukukan pendapatan dari pesanan baru ini pada tahun 2024,” ujarnya.


Selvi juga membedah masa sewa tower MTEL yang kurang dari 2 tahun hanya 27%. Sementara sewa yang selesai selama 2-4 tahun sebanyak 9%. Terbanyak atau 64% adalah masa sewa dengan jangka waktu lebih dari 4 tahun.


“Proporsi sewa jangka panjang yang besar dapat memastikan aliran pendapatan perusahaan yang stabil. Selain itu, Telkom adalah penyewa terbesar MTEL yang setara dengan 63% pendapatan, oleh karena itu, jangka waktu sewa seharusnya tidak menjadi perhatian,” ujar Selvi.


Mitratel meraih laba bersih Rp 1,02 triliun pada Semester I-2023, meningkat 15% secara year on year (YoY) dari semester I-2023. Kenaikan laba ditopang oleh pertumbuhan pendapatan sebesar 11% secara year on year (yoy) menjadi Rp 4,13 triliun. Sementara itu beban perseroan hanya tumbuh 8%, menjadi Rp 2,35 triliun. “Laba bersih MTEL sejalan dengan estimasi kami,” ujarnya.


Selain memenuhi ekspektasi pelaku pasar, kinerja Mitratel juga melampaui para kompetitor terdekatnya. PT Tower Bersama Infrasctructure Tbk (TBIG) meraih laba bersih Rp 689 miliar, turun 17% dari sebelumnya Rp 826,14 miliar, dengan pendapatan juga turun tipis 0,61% menjadi Rp 3,28 triliun dari Rp 3,30 triliun.


Sementara itu, laba bersih PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) juga terkoreksi 8% menjadi Rp 1,56 triliun dari Rp 1,69 triliun dengan pendapatan naik 9% menjadi Rp 5,78 triliun dari Rp 5,32 triliun.


Selvi memberikan catatan pada sisi revenue laba kuartal MTEL hanya naik 0,9% dari kuartal sebelumnya atau cenderung flat. Meski demikian dia menjelaskan Mitratel mengalami penundaan pengakuan pendapatan dari penyewa yang kontraknya masih diperbarui.  “Dengan demikian, kami percaya diri bahwa MTEL akan membukukan angka yang lebih baik di semester II-2023,” ujarnya.


Dengan kinerja semester I-2023 dan prospek ke depan, Aldiracita Sekuritas mempertahankan rekomendasi Buy untuk saham MTEL dengan target harga Rp860. Target ini setara dengan potensi kenaikan 29,3%.


Mitratel pada akhir Semester I-2023 memiliki 36.719 menara meningkat 27,6% dari periode yang sama tahun lalu. Terdapat penambahan menara baru sejumlah 1.301 yang mengukuhkan posisinya sebagai perusahaan dengan kepemilikan menara telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara. Sejalan dengan peningkatan jumlah menara, jumlah tenant meningkat 24,6% menjadi 54.718 tenant.


Lokasi menara telekomunikasi Mitratel sebanyak 15.354 di Jawa dan 21.365 menara berada di luar Jawa atau sekitar 58% dari total menara. Dari sisi tenancy, penambahan tenant di luar jawa sebesar 26%, lebih tinggi dibandingkan di Jawa yang sebesar 22%.


Pada akhir Juni 2023 total aset fiber optic milik Mitratel tercatat 27.269 km termasuk hasil dari akuisisi fiber sepanjang 6.012 km pada akhir 2022. Hal ini menjadi pendorong penambahan pendapatan sebesar Rp 86 miliar dari bisnis tower fiberization.


Mitratel juga sedang menggarap bisnis Power asa Service (PaaS). Teddy mengatakan model bisnis PaaS ini adalah penyediaan sumber energi baik untuk catu daya utama (main power) maupun sebagai cadangan (BackupPower) ke perangkat-perangkat aktif operator telekomunikasi.


Kombinasi dari pertumbuhan pendapatan dan peningkatan efisiensi mendorong EBITDA Mitratel pada Semester I-2023 mencapai Rp 3,35 triliun, meningkat 16,1% secara yoy. Rasio EBITDA Margin membaik menjadi 81,2% dibandingkan setahun sebelumnya 77,5%.


Mitratel pada akhir Juni 2023 membukukan kenaikan aset sebesar 1,3% menjadi Rp 56,79 triliun yang dikontribusi oleh akuisisi dan pembangunan menara baru secara organik. Debt to equity ratio (DER) tercatat 47,3% yang mencerminkan rasio utang yang sehat.