EmitenNews.com - Indeks bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street ditutup melemah signifikan. Itu dipicu koreksi saham sektor teknologi berkapitalisasi besar seiring lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun. Pembahasan anggaran di Washington menjelang batas akhir pada 30 September, turut menjadi tambahan sentimen negatif pasar.


Dow Jones mengalami koreksi 569 poin (1,63 persen) menjadi 34.300, S&P 500 tekor 90 poin (2,04 persen) ke level 4.353, Nasdaq minus 423 poin (2,83 persen) pada posisi 14.547, dan EIDO anjlok 0,19 poin (0,90 persen) menjadi 20.97. 


Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun kembali melanjutkan kenaikan menyentuh level 1,57 persen. Pada akhir Agustus lalu, sempat berada di level terendah yaitu 1,13 persen. Kenaikan imbal hasil itu dipicu keyakinan investor kalau bank sentral AS akan segera memangkas program pembelian obligasi senilai USD120 miliar sejalan lonjakan inflasi. 


Sementara itu, Senat kubu Republik memblokir rancangan anggaran diajukan kongres untuk mencegah terjadinya government shutdown dan potensi gagal bayar pemerintah. Anggaran yang ditolak itu, berisi rancangan pembiayaan pemerintah sampai Desember mendatang. Lalu, penundaan batas atas utang AS sampai Desember 2022 setelah pemilihan kongres paruh waktu. 


Mino, Equity Analyst Indo Premier Sekuritas menyebut koreksi tajam indeks Wall Street seiring lonjakan yield obligasi akan menjadi sentimen negatif pasar. Sementara itu, lompatan harga komoditas batubara, dan crude palm oil (CPO) berpeluang menjadi sentimen positif indeks harga saham gabungan (IHSG). Indeks akan bergerak bervariasi cenderung melemah dengan support level 6.075, dan resistance level 6.155. 


Sejumlah saham laik kodeksi. Antara lain EXCL support Rp2.880, resisten Rp3.000, MEDC support Rp530, resisten Rp560, MAPI support Rp730, resisten Rp765, dan PWON support Rp478, resisten Rp488. (*)