EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bergerak bervariasi cenderung melemah. Itu efek koreksi Wall Street menyusul kekhawatiran penerapan kebijakan moneter ketat, lonjakan kasus Omicron.


Sepanjang perdagangan hari ini, Kamis (6/1), IHSG akan menguji support level 6.620, dan resistance level 6.700. ”Praktis sentimen positif IHSG hanya dari penguatan Crude Palm Oil (CPO), Timah, dan batubara,” tutur Mino, Equity Analyst Indo Premier Sekuritas. 


Kala IHSG mengalami fluktuasi, sejumlah saham bisa dikoleksi. Antara lain BBRI support Rp4.180, resisten Rp4.240, UNTR support Rp21.600, resisten Rp22.300, MDKA support Rp3.900, resisten Rp4.030, dan AKRA dengan support Rp4.080, dan resisten Rp4.170.


Sementara itu, pada perdagangan kemarin indeks bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street ditutup melemah. Dow Jones menukik 393 poin (1,07 persen) menjadi 36.407, S&P 500 terkoreksi 93 poin (1,94 persen) pada level 4.701, Nasdaq turun 523 poin (3,34 persen) pada posisi 15.100, dan EIDO melemah 0.37 poin (1,59 persen) ke level 22.87. 


Koreksi Wall Street itu, seiring saham-saham emiten berkapitalisasi besar mengalami tekanan. Itu dipicu kekhawatiran investor akan potensi penerapan kebijakan moneter ketat oleh bank sentral AS setelah rilis catatan rapat dewan gubernur akhir tahun lalu. 


Berdasar catatan rapat dewan gubernur bank sentral AS terungkap otoritas moneter tertinggi itu, mempertimbangkan mengurangi neraca saat ini tercatat USD9 triliun setelah menaikan suku bunga acuan tahun ini. The Fed saat ini tengah melaksanakan program pengurangan pembelian obligasi (tapering), dan berakhir pada Maret nanti. 


Sejalan potensi kebijakan moneter lebih ketat itu, imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun mengalami kenaikan tiga basis poin menjadi 1,7 persen. Sedang imbal hasil obligasi bertenor lebih pendek yaitu dua tahun naik lima basis poin menjadi 0,82 persen. Kenaikan imbal hasil itu, membuat saham sektor teknologi seperti Alphabet anjlok 4,59 persen, Apple minus 2,66 persen, dan Microsoft terpangkas 3,84 persen. (*)