- Kami menganggap APLN akan dilikuidasi dalam keadaan pailit daripada melanjutkan kelangsungan usahanya, karena merupakan perusahaan perdagangan aset. Dalam memperkirakan nilai likuidasi dan distribusi APLN, kami telah melakukan penyesuaian dan asumsi sebagai berikut.

 

- Kami menggunakan tingkat uang muka 75% terhadap nilai piutang usaha.

- Kami menggunakan tarif uang muka 60% terhadap nilai inventaris, setelah dikurangi uang muka. Hal ini mencerminkan asumsi kami tentang tingkat uang muka 100% terhadap nilai bangunan dan tanah yang telah selesai, dan tingkat uang muka 50% terhadap bangunan yang sedang dibangun.

 

- Kami menggunakan tingkat uang muka 100% terhadap properti investasi serta properti, pabrik dan peralatan, terutama terkait dengan aset pusat perbelanjaan dan hotel. Kami percaya tingkat uang muka 100% wajar karena aset ini diakui pada biaya historis, termasuk penyusutan, sementara nilai pasarnya jauh lebih tinggi.

 

- Kami mengurangi nilai tercatat aset Pluit City dan Green Lake Sunter dari properti investasi karena ketidakpastian seputar pengembangan proyek-proyek tersebut.

- Kami mengurangi 10% dari nilai likuidasi yang dihasilkan untuk klaim administratif.

 

Asumsi ini menghasilkan tingkat pemulihan yang sesuai dengan Peringkat Pemulihan 'RR1' untuk surat utang tanpa jaminan APLN. Namun, Fitch mengakui adanya ketidakpastian material mengenai kemampuan realisasi penjualan aset tersebut. Kami menilai senior unsecured notes di 'C' dengan Recovery Rating 'RR4' karena, berdasarkan Country-Specific Treatment of Recovery Ratings Criteria Fitch, Indonesia masuk ke dalam Grup D dalam keramahan kreditur. Peringkat instrumen emiten dengan aset dalam kelompok ini tunduk pada soft cap pada IDR emiten dan Recovery Rating 'RR4'.