EmitenNews.com - Bank Tabungan Negara (BBTN) per 30 September 2025 mengemas laba bersih Rp2,3 triliun. Melonjak 10,6 persen dibanding periode sama tahun lalu Rp2,08 triliun. Capaian itu, dipicu pendapatan bunga kredit naik 18,8 persen menjadi Rp26,57 triliun, lebih tinggi dari kenaikan beban bunga 2,5 persen menjadi Rp13,81 triliun. 

Kenaikan beban bunga dapat dijaga stabil seiring upaya perseroan menggencarkan perolehan dana pihak ketiga (DPK) berbiaya murah. Langkah tersebut berbuah hasil pendapatan bunga bersih naik 43,5 persen menjadi Rp12,76 triliun, margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) melesat 101 basis poin (bps) menjadi 3,9 persen dari periode sama tahun lalu 2,9 persen. 

Efisiensi dilakukan juga menghasilkan cost-to-income ratio (CIR) menurun ke level 47,8 persen dari periode sama tahun lalu 59,9 persen. ”Laba bersih itu berkat konsistensi kami menjaga pertumbuhan bisnis terutama pembiayaan sektor perumahan, dan transaksi keuangan beragam agar bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan. Itu ditopang prinsip kehati-hatian, dan perhitungan cermat atas kebutuhan pasar,” tutur Nixon LP Napitupulu, Direktur Utama BTN, di Jakarta, Kamis, 23 Oktober 2025.

Nixon menuturkan, BTN terus dipercaya masyarakat sebagai bank pilihan untuk bertransaksi. Itu tercermin dari pertumbuhan DPK mencapai 16 persen menjadi Rp429,92 triliun dari posisi sama tahun lalu Rp370,75 triliun. BTN mencatat pertumbuhan DPK di atas pertumbuhan industri perbankan sebesar 11,18 persen yoy per akhir September 2025.

Pertumbuhan DPK itu, ditopang kenaikan deposito ritel berbiaya lebih rendah dibanding deposito institusi skala besar. Selain itu, BTN juga menjaga pertumbuhan dana murah alias current account saving account (CASA) hampir mencapai separuh dari total DPK BTN per kuartal III-2025, termasuk di antaranya dipicu peningkatan transaksi di aplikasi Bale by BTN.

Adapun jumlah user Bale by BTN telah mencapai 3,2 juta, naik 66,8 persen dibanding periode sama tahun lalu 1,9 juta. Sedang jumlah transaksi Bale by BTN melonjak 96 persen menjadi 1,53 miliar dari periode sama tahun lalu 783,5 juta. Sementara itu, nilai transaksi di Bale by BTN mencapai Rp71,9 triliun, surplus 19,6 persen posisi sama tahun lalu Rp60,1 triliun.

“Peningkatan jumlah user, dan transaksi melalui Bale superapp mendorong pertumbuhan saldo DPK BTN, sehingga menunjukkan inisiatif digital yang kami lakukan terus meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk memilih bertransaksi di BTN. Kami berharap sumber dana murah berkelanjutan akan menjadi mesin kekuatan baru bagi BTN sehingga kami dapat mencapai aspirasi menjadi bank transaksional di masa depan,” ucap Nixon.

Sementara itu, penyaluran kredit, dan pembiayaan BTN tumbuh 7 persen menjadi Rp381,03 triliun dibanding periode sama tahun lalu Rp356,06 triliun. Pertumbuhan itu, ditopang penyaluran kredit, dan pembiayaan ke sektor perumahan meningkat 6,4 persen menjadi Rp322,53 triliun, dan sektor non perumahan (non-housing loan) naik 10,7 persen menjadi Rp58,49 triliun.

Di sektor perumahan, BTN membukukan penyaluran KPR Sejahtera FLPP (KPR subsidi) mencapai Rp186,58 triliun, tumbuh 8 persen dibanding periode sama tahun lalu. Sedang KPR non-subsidi tumbuh 7,3 persen menjadi Rp111,33 triliun, berkat strategi perseroan menggandeng para developer top nasional, dan mengadakan penawaran bunga promo KPR.

“Keputusan pemerintah meningkatkan kuota Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) menjadi 350 ribu unit tahun ini, dan alokasi untuk BTN 220 ribu unit menopang pertumbuhan kredit, dan pembiayaan subsidi BTN, selain melalui berbagai insentif, dan stimulus lainnya. Harapan kami dengan dukungan pemerintah, dan kerja keras BTN, makin banyak masyarakat dapat menikmati kepemilikan rumah, dan meningkatkan taraf hidup,” ucap Nixon.

Dengan pertumbuhan positif sisi pendanaan dan pembiayaan, BTN mencatat loan-to-deposit ratio (LDR) di level 88,6 persen dibanding periode sama tahun lalu 96 persen. Itu menunjukkan BTN telah memupuk likuiditas memadai untuk mendukung fungsi intermediasi. Total aset tembus Rp500 triliun sebelum 2025 berakhir, dengan nilai Rp510,85 triliun, naik 12,2 persen dari akhir  tahun lalu Rp455,10 triliun.

Di sisi lain, unit usaha syariah (UUS) BTN membukukan laba bersih Rp592 miliar, melesat 8,4 persen dari periode sama tahun lalu Rp546 miliar. Pencapaian itu, ditopang peningkatan pembiayaan 19,7 persen menjadi Rp51,10 triliun, dibanding periode sama tahun 2024 sebesar Rp42,70 triliun. 

Sedang perolehan dana masyarakat juga meningkat 19,3 persen menjadi Rp56,90 triliun dari edisi sama tahun lalu Rp47,68 triliun. Pertumbuhan positif pembiayaan, dan DPK mendorong aset naik 18,4 persen menjadi Rp68,36 triliun dibanding fase sama tahun lalu Rp57,72 triliun.

“Selangkah lagi, UUS BTN tampil sebagai bank umum syariah dengan potensi sangat besar industri perbankan syariah nasional. Kami meyakini kehadiran Bank Syariah Nasional (BSN) akan lebih banyak masyarakat terlayani dengan prinsip syariah untuk berbagai kebutuhan keuangan, sehingga dampaknya akan terasa untuk pertumbuhan industri perbankan syariah Indonesia,” tukas Nixon. (*)