EmitenNews.com -Perusahaan holding barang baku logam dan mineral dengan sub holding tembaga, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) melaporkan telah merealisasikan capital expenditure  (capex) hingga kuartal III-2023, sebesar USD480 juta atau setara Rp7,5 triliun. Angka ini naik signifikan hingga 119 persen dibandingkan periode yang sama 2022.

 

Adapun, anggaran belanja modal perseroan dialokasikan untuk kebutuhan pembelian peralatan pertambangan, pembangunan dan peningkatan fasilitas pendukung untuk kegiatan penambangan bijih Fase 7 dan pengupasan batuan penutup Fase 8 atau sustaining  capex  sebesar USD110 juta atau Rp1,72 triliun.

 

Kemudian, belanja modal untuk  smelter  sebesar USD137 juta atau Rp2,15 triliun untuk perluasan pabrik konsentrator sebesar USD138 juta atau Rp2,17 triliun, Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU), serta fasilitas LNG sebesar USD94 juta atau Rp1,47 triliun.

 

"Proyek pertambangan dan infrastruktur Amman Mineral terus berjalan sesuai jadwal. Akumulasi pengeluaran modal adalah sebesar USD476 juta untuk proyek  smelter  tembaga dan PMR, yang masing-masing telah mencapai penyelesaian sebesar 67,1% dan 65,4%, pada tanggal 30 September 2023," kata Presiden Direktur AMMN Alexander Ramlie dalam keterangan resminya, dikutip Senin (6/11/2023).

 

Dia menuturkan, kemajuan konstruksi proyek  smelter  tembaga ini melebihi target yang telah disetujui oleh pemerintah, yakni di angka 66,9%. Selain itu, proyek perluasan pabrik konsentrator perseroan telah menghabiskan biaya sebesar USD497 juta dari anggaran belanja modal.

 

"Sedangkan PLTGU dan fasilitas LNG mencatat belanja modal sebesar USD251 juta hingga September 2023," ujar Alexander.

 

Sementara itu, AMMN mencatatkan penurunan laba bersih di periode sembilan bulan pertama tahun ini. Laba perseroan per September 2023 tercatat sebesar USD62,67 juta atau Rp995,46 miliar, merosot 91,57% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD744,09 juta.

 

Menurunnya laba perseroan seiring susutnya penjualan bersih sebesar 41,79% menjadi USD1,15 miliar atau Rp18,27 triliun, dari sebelumnya USD1,97 miliar. Secara rinci, penjualan emas tercatat sebesar USD453,68 juta atau Rp7,20 triliun dan penjualan tembaga tercatat sebesar USD697,07 juta atau Rp11,07 triliun.

 

Penurunan penjualan perseroan disebabkan oleh tertundanya perpanjangan izin ekspor dari 1 April hingga 23 Juli 2023. Setelah mendapatkan izin ekspor pada 24 Juli 2023, perseroan pun mempercepat pengiriman konsentrat pada kuartal III-2023 untuk mengejar kehilangan penjualan.