Adapun, SUPR juga menargetkan adanya penambahan menara di kisaran 400 menara serta pertumbuhan tenant di angka 600-700 tenancy di tahun 2022. Untuk melancarkan rencana bisnis itu, SPUR telah menyiapkan belanja modal atau capex sebesar Rp 700 miliar hingga Rp 800 miliar di tahun ini. Juliawati menyebut capex ini akan difokuskan untuk penambahan tower atau menara. Adapun sumber capex berasal dari internal cash flow dan bersumber dari perbankan. Sehingga modal ini sudah cukup untuk perusahaan.


Adapun penyebab saham SUPR melonjak sejak PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) menyapu bersih saham Solusi Tunas Pratama (SUPR) senilai Rp1,05 triliun. Itu terjadi setelah Protelindo memborong 67.478.878 atau 67,47 juta lembar dengan harga pelaksanaan Rp15.640,51 per lembar.

 

Menyusul transaksi itu, dominasi kepemilikan saham Protelindo di Solusi Tunas Pratama makin menggelembung. Saat ini, Protelindo mengaveling 1,13 miliar lembar atau 99,96 persen. Melesat 5,93 persen dari sebelumnya 1,06 miliar lembar. 

 

Protelindo tengah membahas kelanjutan nasib Solusi Tunas Pratama (SUPR). Setelah akuisisi tuntas pada Oktober 2021 lalu, perusahaan tetap berjalan normal. 

 

Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) sebagai pengendali baru Solusi Tunas masih melakukan diskusi internal mengenai kelanjutan nasib Solusi Tunas di lantai bursa. ”Saat ini, perseroan masih dalam proses diskusi internal mengenai rencana ke depan, dan status Solusi Tunas,” tutur Sekretaris Perusahaan Protelindo, Maya Marcella, akhir pekan lalu.

 

Sejatinya, Protelindo berencana tetap membuat Solusi Tunas sebagai perusahaan terbuka. Di mana, perseroan masih memiliki waktu dua tahun untuk meningkatkan persentase free float Solusi Tunas dari saat ini hanya 0,04 persen atau setara 486.144 lembar saham. ”Jadi, sesuai peraturan bursa, dan selaras regulasi Otoritas Jasa Keuangan, perseroan memiliki waktu dua tahun atas kewajiban melakukan refloat.