EmitenNews.com -Entitas usaha dari BUMN PT PP (Persero) Tbk, PP Presisi (PPRE) memiliki utang yang akan jatuh tempo dalam 1 tahun sebesar Rp1,2 triliun. Lalu bagaimana strategi perusahaan untuk menghadapi hal tersebut?

Arif Iswahyudi selaku Direktur Keuangan, Manrisk & Legal PPRE menyebut hutang jatuh tempo saat ini memang kebanyakan berupa hutang jangka pendek, jika dilihat structure pada 2024 dengan nilai kontrak yang sudah diperoleh saat ini dan juga dengan nilai rencana order book di tahun depan kurang lebih Rp 8 triliun, sehingga Perusahaan memiliki order book sekitar Rp15 triliun, dengan revenue kurang lebih di Rp5,8 triliun dengan total cash in kurang lebih di Rp3,8 triliun, dan kewajiban Perusahaan setahun Rp1,2 triliun, maka optimis dapat Perusahaan selesaikan dengan baik. 

Kemudian Perusahaan juga berencana untuk memindahkan hutang-hutang jangka pendek menjadi hutang jangka panjang, dengan menerbitkan obligasi senilai Rp800 miliar dengan jangka waktu 5 tahun, sehingga dari sisi operasi Perusahaan sangat yakin dapat menghasilkan cash in yang cukup baik dan investasi baru juga didanai dari hutang obligasi jangka panjang. Kemudian dari sisi bisnis, PP Presisi akan fokus pada core bisnis di mining dan civil work.

I Gede upeksa Negara Direktur Utama PP Presisi menambahkan, di awal tahun perseroan masuk ke kontraktor mining operation dengan kondisi belum full support alat-alat yang dibutuhkan disana, sehingga dari sisi kinerja masih belum maksimal karena masih proses melengkapi peralatan, namun di akhir tahun 2023 ini SDM sudah lengkap dan alat-alat juga sudah lengkap sehingga bulan November dan Desember kinerja di sektor mining sudah mulai membaik.

Treatment terhadap piutang yang lebih dari 90 hari, Perusahaan membagi beberapa klaster dan ada beberapa project yang sedang dilakukan final account sehingga masih ada yang menggantung di piutang. Kemudian ada juga yang memang dikategorikan piutangnya sulit untuk tertagih dengan beberapa macam kondisi, seperti ada yang mengalami pailit dan proses pailit. Ada beberapa strategi yang Perusahaan lakukan baik itu secara persuasif maupun tindakan-tindakan hukum kepada owner yang masih memiliki piutang. Dan untuk kategori di piutang sulit ini Perusahaan juga sudah melakukan impairment yang telah disesuaikan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia. 

Secara bisnis, PPRE menargetkan capex di tahun 2024 Rp920 miliar dimana sebagian besar akan digunakan untuk alat-alat mining, sehingga komposisi alat-alat mining akan diinvestasikan sebesar Rp880 miliar dan sisanya sebagian kecil untuk mendukung pekerjaan civil work kurang lebih Rp85 Miliar, dan juga Perusahaan akan membangun system IT di kantor pusat PP Presisi maupun di unit-unit equipment akan dilengkapi dengan system IT agar mudah melakukan control dan juga lebih safety. 

Kemudian untuk sumber Capex sebesar dari Rp900 miliar sumbernya dari obligasi sebesar kurang lebih Rp800 miliar. Obligasi tersebut merupakan obligasi berkelanjutan tahap 1 yang sudah diluncurkan di tahun 2022. 

Sehingga secara perijinan dan secara dokumentasi sudah siap untuk diterbitkan di tahun depan dengan target perolehan sekitar Rp800 miliar, sisanya berasal dari penjualan PP Presisi Rp5,9triliun yang dapat menghasilkan cash in di sekitar kurang lebih Rp3,8 – Rp4 triliun.