BUMI Rajai Likuiditas: Jebakan Volume atau Efek Nyata Deleveraging?
BUMI Rajai Likuiditas: Jebakan Volume atau Efek Nyata Deleveraging? Source: IDX Channel
EmitenNews.com - Fenomena kembalinya PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sebagai "raja likuiditas" di Bursa Efek Indonesia bukanlah sebuah kebetulan emosional semata. Data perdagangan 22 Desember 2025 menunjukkan BUMI mencatatkan volume transaksi raksasa sebesar 12,37 miliar saham, menyumbang 29,70% dari seluruh volume transaksi nasional. Angka ini mencerminkan kombinasi antara perbaikan fundamental dan struktur kepemilikan yang kokoh.
Aliansi Raksasa di Balik Kemudi Strategis
Dominasi volume BUMI saat ini berakar pada struktur kepemilikan yang sangat unik pasca-masuknya kekuatan modal besar. Berdasarkan data primer PEFINDO per 30 September 2025, BUMI dikendalikan oleh aliansi strategis antara Grup Salim dan Bakrie melalui Mach Energy (Hongkong) Limited yang menguasai 45,78% saham.
Kekuatan ini diperkuat oleh kehadiran investor institusi global seperti Chengdong Investment Corp (9,11%), Treasure Global Investment (8,08%), hingga UBS Switzerland AG (6,36%). Menariknya, porsi publik tetap terjaga signifikan di angka 30,68%. Kehadiran Grup Salim memberikan "jangkar" kepercayaan baru bagi institusi, sementara porsi publik yang luas—ditambah frekuensi transaksi harian yang menembus 328.322 kali—mengonfirmasi bahwa BUMI telah kembali menjadi instrumen paling cair bagi trader ritel maupun manajer investasi untuk strategi window dressing di penghujung tahun.
Deleveraging: Transformasi Nyata Sang Raksasa Batubara
Volume perdagangan yang masif ini juga didorong oleh keyakinan pasar terhadap perbaikan struktur modal (deleveraging) yang sangat agresif. Data keuangan menunjukkan transformasi drastis di mana total utang yang disesuaikan merosot tajam dari USD 578,4 juta pada akhir 2022 menjadi hanya USD 338,3 juta per September 2025.
Perbaikan ini tercermin nyata pada rasio Adjusted Debt/EBITDA yang kini berada di level 2,2x per September 2025, jauh lebih sehat dibandingkan level 5,0x pada periode 2023. Penurunan beban hutang ini secara otomatis memangkas biaya bunga yang selama bertahun-tahun menggerus laba, sehingga memicu kenaikan EBITDA margin dari posisi 6,0% di 2023 menjadi 11,1% pada September 2025.
Magnet Likuiditas dan Primadona Baru Investor Digital
Likuiditas ekstrim yang dimiliki BUMI menjadikannya proxy utama bagi siapapun yang ingin bertaruh pada sektor energi. Ketika sektor energi melonjak 2,50% hari ini, BUMI tampil sebagai lokomotif utama yang menyumbang kenaikan +12,48 poin terhadap IHSG.
Daya tarik ini menjangkau segmen yang sangat luas, mulai dari investor syariah di mana BUMI mendominasi 38,89% volume transaksi di segmen Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), hingga dominasi aktivitas melalui broker retail-institusi modern seperti Stockbit (XL) yang menguasai 16,12% total volume bursa. Angka-angka ini memperkuat indikasi bahwa BUMI kini telah menjadi pilihan utama bagi profil investor baru yang aktif secara digital.
Peringkat idA+/Stable yang ditegaskan oleh PEFINDO menjadi bukti pengakuan bahwa BUMI kini memiliki kemampuan yang kuat untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya.
Bagi investor, dominasi volume BUMI saat ini bukan lagi sekadar spekulasi "saham gocap" masa lalu, melainkan refleksi dari perbaikan neraca yang nyata dan dukungan kuat dari pemegang saham pengendali strategis. Meskipun telah bertransformasi menjadi kendaraan likuiditas utama di pasar modal Indonesia, investor tetap perlu mencermati volatilitas harga komoditas global serta posisi cash cost perusahaan yang saat ini masih berada di level moderat.
Baca juga: Pajak Ekspor Batubara: Sinyal Kritis Kompresi Marjin Komoditas?
Disclaimer: Tulisan ini bukan ajakan jual/beli, tapi bahan diskusi biar lo makin pinter atur strategi. Do Your Own Research (DYOR)!
Related News
Battle Fundamental RLCO vs SUPA: Siapakah Sang Juara Pencetak Laba?
Bukan Sekadar ARA: Bedah Arus Kas RLCO Menuju Target Cuan 2026!
IHSG Turun Tapi Asing Masuk Rp3,2T: Jebakan Harga atau Peluang Value?
Data Bicara: Cara Atur Strategi Portofolio di Tahun 2026!
Efek BI Rate ke Saham: Sektor Apa yang Bakal Cuan di Tahun 2026?
BI Rate 4,75 Persen: Strategi atau Sinyal Badai Pasar Saham 2026?





