Valuasi Sektor Perbankan: Bedah Kekuatan Bisnis Big Four Banks

ilustrasi perbankan. DOK/ISTIMEWA
- Cost to Income Ratio (CIR)
Rasio ini menggambarkan seberapa efisien kegiatan operasional di bank tersebut. Semakin rendah cost to income ratio, mengindikasikan bahwa bank tersebut mampu mengelola biaya operasionalnya secara efektif sehingga dapat menghasilkan profitabilitas yang lebih baik.
- Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio yang mengukur kemampuan bank dalam menutupi risiko kerugian dengan modal yang dimiliki, yang dihitung dengan membagi modal bank dengan nilai aset bank yang telah disesuaikan dengan tingkat risikonya. Untuk perbankan di Indonesia, batasan CAR yang aman umumnya berada di level minimal 8%.
Perbandingan Kinerja 4 Bank Besar di Indonesia
Sekarang, mari kita bandingkan kinerja 4 bank besar di Indonesia. Manakah yang memiliki fundamental paling kuat dan layak untuk investasi jangka panjang?
Dalam perbandingan ini, data yang digunakan adalah data Januari–Mei 2025 yang baru dirilis oleh emiten yang bersangkutan. Data ini juga mencerminkan kinerjanya sepanjang semester awal tahun ini. Kita akan membahas berdasarkan urutan besaran aset yang dimiliki oleh masing-masing bank.
Pertama, Bank Mandiri (BMRI).
Bank ini diuntungkan dengan pangsa pasar utamanya, yaitu korporasi, sehingga mampu mencatatkan pertumbuhan yang baik di Dana Pihak Ketiga sebesar 9% dan pertumbuhan kredit 14% sepanjang lima bulan pertama tahun ini. Angka ini merupakan yang tertinggi di antara tiga bank lainnya. Tidak hanya itu, BMRI juga berhasil mencatatkan rasio NPL terendah di tengah tingginya kasus gagal bayar akibat perlambatan ekonomi di Indonesia.
Kedua, Bank Rakyat Indonesia (BBRI).
Bank ini terkenal dengan perolehan net interest margin (NIM) tertinggi, yaitu di atas 6%, karena target pasar utamanya adalah UMKM. Penyaluran kredit ke sektor UMKM tentu memiliki risiko lebih tinggi, sehingga bunga yang dibebankan juga lebih tinggi dibandingkan sektor lainnya. Keuntungan lainnya yaitu pengembangan bisnis UMKM ini selalu didukung oleh pemerintah, sehingga prospeknya ke depan masih cukup menjanjikan.
Ketiga, Bank Central Asia (BBCA).
Sepanjang Januari–Mei 2025, bank swasta ini mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang paling solid di antara ketiga bank besar lainnya. BBCA juga diuntungkan karena memiliki komposisi CASA paling besar dan Loan to Deposit Ratio (LDR) paling rendah di level 80%, yang mencerminkan bahwa bank ini memiliki likuiditas paling longgar di antara tiga bank lainnya.
Keempat, Bank Negara Indonesia (BBNI).
Meski termasuk dalam empat besar bank dengan kepemilikan aset terbanyak di Indonesia, bank ini merupakan satu-satunya yang memiliki valuasi paling murah atau undervalued, dengan P/BV di bawah 1. Selain itu, rasio dividend yield yang menarik juga membuat investor banyak mengoleksi saham ini untuk jangka panjang.
Related News

Ekonomi AS -0,5%, Wall Street Melejit: Apa Artinya Bagi Investor Kita?

Gaji Harian, Mingguan, Bulanan: Mana Pola Penghasilan Paling Ideal?

Masa Depan Investasi Saham: Apakah AI Bisa Jadi MI Pribadi?

Grab x GOTO: Konsolidasi Raksasa Digital atau Ancaman Monopoli Baru?

Danantara-RDIF & Nuklir: Momentum Strategis RI di Pasar Modal

IHSG di Tengah Krisis Global: Ikut Panik atau Temukan Peluang?